photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Thursday, March 26, 2015

Peranan Suami Istri Dalam Rumah Tangga

Tuhan menciptakan setiap mahlukNya untuk berpasang-pasangan, saling melengkapi. Bukan untuk saling menandingi. 

Dalam sudut pandang ke-ideal-an, tugas seorang suami adalah menafkahi istri dan anak-anaknya. Dan memang sudah menjadi kewajiban. Tapi apa yang terjadi jika posisi suami sebagai pencari nafkah utama tidak maksimal? Dalam arti tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan untuk hal yang mendasar sekalipun? 

Jaman sekarang sudah banyak istri yang ikutan mencari nafkah, suka tidak suka, mau tidak mau. Ya harus kerja, supaya mencukupi kehidupan rumah tangga. Demikian alasannya. 

Contoh soal: suami seorang pegawai negeri misalkan, sedangkan anak-anak memerlukan biaya sekolah yang tidak sedikit, jadi lah istrinya sibuk mencari cara lain mendapatkan penghasilan tambahan. Daripada suami korupsi? :D 

Naudzubillah min dzalik.

Yang sering terjadi adalah, istri berpenghasilan lebih tinggi dari suami. Istri, merasa sudah ikutan cari duit, bahkan penghasilannya lebih banyak dari suami. Tapi sampai di rumah, suami tetap menyerahkan urusan rumah tangga seperti memasak, membereskan rumah, bahkan menemani anak-anak belajar, tetap istri yang kerjain. Suami? Nonton TV. 

Kebayang dong, sama-sama pergi dari rumah pagi hari. Seharian di kantor sibuk ngurusin pekerjaan, sampe rumah, ngurusin rumah tangga juga. Walaupun tau banget, bahwa memang itu adalah tugas utama sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Tapi mana bantuan suami? Begitu mungkin yang ada dipikiran para istri. 

Belum lagi kalau ada keperluan biaya di luar biasanya, suami menyerahkan ke istri. Ya karena suami emang ga punya duit. Tapi, istrinya yang di suruh mikirin. Lah kok ya istri nya mau aja pusing mikirin sendirian. :p 

Sebelum saling menyalahkan niiih... yukk.. mundur dulu ke tahun-tahun masa pacaran. Hehehe....
Apakah suami sekarang pilihan sendiri, atau pilihan orang tua? 
Kalau jawabannya pilih sendiri, sudah tahu belum calon suami tipe giat pencari nafkah atau ................. seadanya? 
Kalau sudah tau bahwa calon suami pilihannya, bukan orang yang giat mencari nafkah, tapi masih mau menikah dengan dia, apa yang jadi kelebihannya? 
Pasti ada dong kelebihannya? 
Ooh.. ternyata calon suami itu rajin shalat, dan tidak pernah berkata kasar. OK. Nah, jadi ketauan kan, mau menikah dengan calon suami ini karena dia rajin shalat dan tidak pernah berkata kasar. 

Ada bagian lain yang harus "di isi" oleh istri, yakni giat cari duit tambahan. Kalau memang memiliki standard hidup yang berbeda dengan suami. 

Paham ya maksudnya? 

Kita nih, saat memilih pasangan hidup... pasti cek dulu dong plus minus calon pasangan kita? Bukan turun dari langit atau seperti membeli kucing dalam karung. Boooo... hari giniiiiiiiii! 

Satu hal yang pasti, kita tidak bisa mengharap : "dia akan berubah seperti yang saya mau" JANGAN! Akan sakit jiwa kalau harapan itu tidak terwujud :) 

Contoh nih, Anda sudah tau bahwa calon suami suka mukul. Hellooo... baru jadi pacar aja sudah suka mukul, apalagi setelah resmi dinikahin??? Berharap dia akan berubah setelah menikah? Ck ck ck .... 

Atau, anda sudah tau calon suami genit, pernah ketauan selingkuh. Jangan bangga kalau Anda dipilih jadi istri. Bukan berarti dia akan berhenti selingkuh. 

Jadi harus gimana dong? 

Pastikan mencari calon suami yang seiman dan beriman. :) 
Yang rajin shalat aja belum tentu paham agama, bagaimana dengan yang tidak rajin shalat? Terus, anak-anak mau diajari apa? 

Sudah terlanjur menikah dengan orang yang salah? 
Tanyakan ke diri sendiri, apakah Anda merasa nyaman dan tentram dengan kondisi rumah tangga Anda? Bukan di-nyaman-nyaman-in yah. Karena kalau di-nyaman-nyaman-in, seperti makan bola api. Suatu waktu akan meledak dan membakar Anda. 

Merasa agak kurang nyaman, tapi tidak ada niat untuk berpisah? Butuh keikhlasan yang luar biasa, butuh pembelajaran juga buat para istri yang memutuskan menjalani hidup seperti ini. Melengkapi kekurangan pasangan dengan ikhlas. Suami kurang taat beribadah, istri wajib belajar agama dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Suami kurang giat mencari nafkah, istri turun tangan membantu perekonomian keluarga. 

Lah enak dong jadi suami nya? 
Gak ada yang enak atau tidak enak... masing-masing peran akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Jadi, kenapa kita tidak memainkan peranan kita menjadi apa yang sudah ditakdirkan Allah dengan baik. Sesuai arahan Allah? 

Dengan begitu, hidup akan menjadi lebih ringan. Karena semua yang dilakukan ikhlas karena mengharap ridho Allah SWT. 




No comments: