photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Sunday, March 29, 2015

Harapan Atau Tuntutan?

Menjadi seorang Ibu dan mengharapkan anak-anak nya menjadi anak yang sholeha, santun, mandiri dan bertanggung jawab dengan diri sendiri tentulah sangat wajar. Baik pula akhlak dan akidah nya. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Dan siapa yang dapat nama? Orang tua tentu ;) 

Tapi sudahkah saya sebagai Ibu, dan suami sebagai Ayah memberikan contoh seperti yang diharapkan diatas? Anak-anak mencontoh perilaku orang tua, bukan mendengarkan apa yang seharusnya menjadi harapan orang tua. 

Don't get me wrong, maksudnya gini. Berharap, berdoa, tentu boleh dan bahkan sangat diwajibkan. Hubungan orang tua dengan anak itu mutual simbiolisme dalam hal doa mendoakan kok. Anak mendoakan orang tua, orang tua mendoakan anak. Bahkan doa anak yang sholeh / sholeha menjadi penolong kita sebagai orang tua di akhirat kelak. 

Tetapi terkadang saya sebagai Ibu suka lupa, besar kemungkinan karena telat belajar bahwa anak-anak punya jiwa sendiri. Mereka ingin diakui keberadaannya, tanpa dibanding-bandingkan. Saya suka khilaf. Kalau lagi sadar, ya sadar untuk tidak membebani anak-anak. Tapi... itulah.. perlu banyak berlatih untuk selalu sadar. 

Harapan atau tuntutan? Tipis sekali perbedaannya. Yang membedakan adalah ego. Mengharapkan anak-anak mendapatkan nilai terbaik, tapi saat mereka tidak mendapatkan nilai terbaik (menurut saya), disitulah ego saya berbicara. Padahal mereka sudah berusaha keras. Berusaha keras menurut mereka. Nah tuh kaaaan... ego saya lagi yang bicara. Apakah standard saya yang terlalu tinggi? Apakah saya menuntut lebih? 

Baiklah, saya tuturkan dulu "pembelaan diri" saya ini. 
Saya tahu anak-anak saya anak cerdas. Mereka bisa. Hanya saja mereka terlalu cepat puas dengan apa yang mereka sudah dapatkan. Dan yang saya harapkan adalah, mereka mampu mendapatkan apa yang mereka impikan. Tidak cepat puas. Menjadi yang terbaik dari yang terbaik. 

 
 

No comments: