photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Monday, June 15, 2009

Instink

Is it a feeling?
Is is true?

Saya pernah berbicara dengan seorang teman, apakah berarti instink saya kuat jika apa yang saya rasakan atau pikirkan menjadi kenyataan? Jawabannya, iya. Apakah beda instink dengan halusinasi (maksudnya pikiran saya yang ngelantur kesana kemari gitu), katanya lagi, kalo instink itu terjadi tiba-tiba tanpa pikiran apapun sebelumnya. Kalo rekayasa atau halusinasi itu, jika saya sudah memikirkan dan "mengarang" kejadian dalam otak saya. Duh... ngerti ga sih bahasa saya???

Sebenarnya maksud saya sih simple banget, kalo kamu berkenalan dengan seseorang lalu merasakan "aura positif" dan merasa nyaman dengan orang tersebut, itu yang dinamakan instink. Betul ga?
Tapi kalo kamu bertemu orang, tanpa kenalan, denger dari orang bahwa dia gini gitu gene gono, lalu kamu mengasumsi di dalam pikiran dan hati kamu, itu yg namanya rekayasa.

Semua hal sudah ditakdirkan oleh Allah SWT, itu saya percaya 100%. Jadi tidak ada yang namanya "kebetulan". Dan segala sesuatu pasti ada maknanya. Ntah untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain. Selama bermanfaat untuk diri, orang lain dan lingkungan tentunya.

Beberapa hari lalu, saat saya makan di mall deket kantor, saya melihat sosok laki-laki, yang sepertinya saya kenal. Saya perhatikan, untungnya blio tidak kenal saya :D. Eh, suami nya si X nih, pikir saya. Pandangan saya beralih ke arah mana pria ini menuju, pikiran saya, jangan-jangan ada si X nih. Mengingat saya sudah cukup lama tidak ketemu dengan X ini, itu harapan saya. Tapi ternyata pria itu tidak bersama X, melainkan seorang wanita dengan 3 orang anaknya. Bahasa tubuh, mencurigakan. Eits.. maksudnya, ga ngapa-ngapain sih .. hanya "instink" saya mengatakan, they have special relationship. Terlihat dari anak-anak nya si mba ini yang cukup "hormat" dengan suami nya teman saya ini.

Lalu pria itu kembali ke meja sebelumnya, bersama tiga orang pria ... teman kantor nya mungkin. Karena saya sudah selesai makan, jadi saya bebas untuk memperhatikan mereka. Dan ketika pria itu pamit duluan ke perempuan dengan tiga anak ini, teman-teman pria itu pun begitu santun berpamitan, kesan yang saya ambil, "Mungkin istri si pria ini"

Hhm... curiga boleh dong ...

Ahh.. Meli, mungkin saja wanita itu adik pria yang suaminya teman saya itu.
Atau .. saudaranya ...
Kan kamu juga ga terlalu dekat dengan teman kamu itu, mungkin aja kan???

Hhhm... iya iya ... penasaran boleh dong .. dan instink saya kan hak saya pribadi. Walaupun "GATAL" rasanya pengen sms teman saya itu...

Tapi ... apa gunanya buat saya yah?? Ah.. sudah lah, ga inget rasanya di interogasi tahun lalu itu?? Cape deh ....

"Cerita Sekarang Aja Bu"



Wuih... senengnya.. akhirnya kejadian juga ajak Nasta dan Nara naik Trans Jakarta ke Staad Huis. Thanks to Nasta yang hari itu tidak terlihat lelah, padahal pagi nya sudah main sepeda dan les renang.

Kami berangkat dari Cibubur jam 3 kurang menuju Al Azhar Kebayoran. Parkir mobil disana, dan perjalanan dilanjutkan dengan Trans Jakarta menuju Kota. Untungnya, Nasta dan Nara cukup tidur di perjalanan Cibubur - Kebayoran, jadi mereka ga tidur di bus. Kondisi bus cukup penuh untuk ukuran hari libur, bikin Nasta Nara tidak leluasa melihat-lihat keluar bis. Sampai di Kota, yang ternyata sudah dibuat jalan bawah tanah ... wuih.. keren lho.. baru tau juga nih, jadi pejalan kaki tidak harus berantem dengan bus/angkot/mobil untuk menyebrang ke tujuan. Kondisi tunnel cukup bersih, walaupun sudah banyak bagian jalannya yang bolong-bolong.. hhmm.. padahal hanya manusia yang lewat sini kan??
Kami keluar menuju pintu Bank Mandiri, jalan kaki menuju Musium Sejarah Jakarta atau Musium Fatahillah (karena terletak di Jalan Taman Fatahillah, dan menikmati ramainya tempat ini.

Dah lama sekali saya tidak ke tempat ini, dan ternyata .. ramai sekali. Impian untuk foto-foto dengan angle yg sudah direncanakan pupus sudah. Gimana mo foto? Semua sudut sudah dikuasai orang-orang?

Nasta sendiri cukup senang, karena dia melihat atraksi orang-orang main skate board dan sepeda. Nara, kurang puas, karena akibat info dari Ibu nya yang kurang akurat, mengakibatkan dia membayangkan banyak burung-burung dan ternyata tidak ada burung disana :( Maaf Nak, kita ke Taman Surapati aja yah kapan-kapan, biar puas ngejar burung nya :D

Karena banyak nya orang, banyak pula tukang jajanan dan sudah dipastikan, BANYAK SAMPAH! Sayang sekali ..

Sesekali saya memberitahu Nasta, apa itu meriam, bangunan ini dulu nya apa, fungsinya apa.. ya.. yang saya tahu aja. Ingin sekali bercerita banyak ke Nasta, tapi hasilnya saya sendiri yang terjebak ...

"Kak, Jakarta ini sudah tua sekali Ta. Umurnya sudah ratusan tahun. Dulu, ini pusat kota nya."
"Tuaan mana ma Cibubur Bu?"
"Ya tuaan Jakarta Ta, Cibubur dulu belum ada. Jakarta dulu namanya Batavia Ta."
"Udah berapa umur nya Bu?"
"Empat ratus tahun lebih Ta, ibu juga lupa persisnya. Minggu depan Jakarta ulang tahun Ta. Nanti deh sampai rumah, Ibu ceritain tentang Jakarta."
"Cerita sekarang aja Bu!"

Yaaaa... Nasta, Ibu kan harus buka kebetan dulu.....

Tuesday, June 02, 2009

Susahnya punya anak Perempuan

Jum'at lalu saya menonton film Virgin 2. Alur film nya sendiri lambat sekali, tapi sinematography nya keren abisss.. kisah nya sendiri konon kabarnya "Based On True Story"

Sepanjang film itu, tak henti-hentinya saya istighfar dan memohon kepada Allah SWT, sang pemilik kehidupan, untuk menjaga dan melindungi anak-anak perempuan saya dari orang-orang yang berniat jahat. (Bagus juga nih film, bikin saya istighfar terus :D)

Tadi malam, tetangga saya yang anaknya sekolah bareng Nasta kirim pesan. Anaknya bercerita bahwa tadi payudara nya di pegang oleh teman-teman lelaki nya. Dan Nasta juga. Hah?????? Pelan-pelan saya dan suami bertanya kepada Nasta, apa yang terjadi. Nasta awalnya "hanya" bercerita, "tas ku di rebut A, sepatu ku dimasukkin ke dalam tas, liat deh Bu, kaki ku sampai sakit." Perlahan saya bertanya, apakah A benar pegang / nyubit tetek nya dia? Awalnya Nasta pun bercerita tanpa rasa sedih atau kesal, mungkin menurut dia hal seperti itu tidak terlalu bermasalah (tapi bermasalah sekali bagi saya!!!) "Iya, tetek ku di pegang, di cubit.. sakit Bu" "Di cubit bagaimana? Tetek nya atau perut nya?" "Tetek nya bu, begini nih .." (dia memperagakan sambil mencubit tetek saya)
"Tapi kan bukan salah ku Bu..." sudah mulai menangis ...
"Oh ga apa2 sayang, Ibu dan Ayah ga bilang kakak salah. Ibu mau kakak cerita ke Ibu. Ibu pernah bilang ke Nasta kan, tidak ada yang boleh pegang badan kakak apalagi tetek dan meki kakak, kecuali IBU!!!"
Nasta mulai terisak, mungkin dia jadi mengingat kejadian itu.
"Apa yang kakak rasakan? Kakak sedih ga? Kakak marah ga?," saya melanjutkan.
"Aku udah bilang berenti, tapi mereka terus-terusan ngeroyok aku dan N bu."
"Kakak bilang ga ke Oom Bagus (supir bisnya)?"
"Iya, aku bilang.. "

Astaghfirullah...

"Kak, ibu jadi sedih nih. Ibu mau kalo ada hal yang bikin kakak sedih, marah, sebel atau bahagia, kakak cerita ke Ibu ya."

Lalu saya menceritakan ke tetangga saya itu. Apa perlu saya adukan ke Ibu masing-masing anak itu?? Tetangga saya bilang, nanti saja, saya sudah lapor ke guru nya.

Tapi saya tidak bisa menunggu sampai besok, saya langsung sms ke orang tua anak laki-laki yang sudah mencubit tetek nya Nasta.

Astaghfirullah ...

Hal yang saya khawatirkan telah terjadi, hiks.. sedih sekali rasanya. Berat memang punya anak perempuan ...

Sepertinya saya harus mengajarkan Nasta dan Nara teknik Tae Kwon Do yang sederhana. Untuk menendang dan memukul teman-teman yang nakal itu.....