photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Thursday, July 19, 2007

Perempuan (baca: Ibu Hamil) Jakarta memang KUAT

Judul di atas sebenarnya ungkapan kekesalan saya terhadap para pria di ibukota Jakarta, penumpang bus lebih khususnya lagi.

Bagaimana tidak kesal? Jika melihat pria muda (bahkan remaja), seperti tidak punya mata melihat seorang wanita hamil besar dan sedikitpun tidak memperlihatkan tanda-tanda memberikan bangku untuk wanita hamil itu!

Kemaren saya dan dua orang teman menumpang Kopaja P20 dari tempat makan siang kami menuju kantor, salah seorang teman saya sedang hamil besar. Persis di depan mata kami, bangku-bangku tersebut telah diduduki oleh beberapa pria. Yang sepertinya para pria itu BUTA semua! Mereka seolah tidak melihat (tidak mau melihat tepatnya), bahwa seorang wanita hamil besar berdiri di samping mereka. Apakah mereka lupa pelajaran etika berkendaraan umum? Harus memberikan tempat (duduk) kepada orang yang tua, wanita hamil dan wanita yang menggendong anak kecil?

Ingin rasanya saya berteriak tepat di kuping mereka, "pada buta lo semua yah??". Well, sebenarnya tidak terlalu bermasalah juga untuk teman saya itu, kami hanya melewati 3 halte, dan Alhamdulillah teman saya itu cukup kuat untuk berdiri beberapa menit di dalam bus.

BUT THAT'S NOT THE POINT!! AAAAAAAAARRRRRRRGGGGHHHHHHHHHHH......

Saat itu kebetulan matahari ada 5 di atas ubun-ubun kepala! Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak gerai kopi sebelah kantor. Dan kami membicarakan kejadian ini. Dan.. semuanya merasa GERAM!!

Wahai para pria yang baik hati, saya tau sebenarnya kalian baik hati dan perduli. Hanya saja kalian terlalu MALAS untuk berdiri di bus. Smoga suatu hari nanti, jika kalian bertemu dengan Ibu Hamil, Orang jompo dan ibu menggendong / membawa anak-anak, kalian tidak MALAS lagi utk berdiri dan memberikan tempat duduk kalian.

Wednesday, July 18, 2007

Bu, Abu, Ibu, Ibi

Sejak sebelum menikah pun saya berkeinginan anak-anak saya akan memanggil saya dengan sebutan Ibu. Bukan Mama. Ternyata tingkat kesulitan bagi seorang anak batita mengucapkan kata "IBU" cukup tinggi juga. Terbukti sewaktu Nasta seumuran Nara (<2 thn) dia tidak bisa mengucapkan "Ibu". Tapi dengan lantang dari umur 9 bulan sudah bisa mengucapkan "Ayah". Sedih? Pastinya!! Alhasil sempat sekali waktu Nasta memanggil saya dengan sebutan "Yeye". Hahahaha... ntah darimana dia mendapatkan ide untuk menyebut Yeye itu, dan sebutan itu berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya Nasta sudah bisa menyebut Ibu. Alhamdulillah.

Lain Nasta lain pula Nara. Dia cukup fasih mengucapkan kata "Ayah" dari sejak bisa mengeluarkan suara (agak hiperbola dikit boleh dong). Tapi untuk menyebut kata "Ibu" diperlukan usaha dan kesabaran saya sebagai Ibu nya untuk mendengar Nara memanggil saya Ibu. Hiks..
Kalau kami mencontohkan pengucapan "I-BU", dia hanya memonyongkan mulutnya menyerupai seruan "BU", tapi tidak ada suara. Kekekekekkkk... Ada untung nya juga sih, karena dia belum bisa bilang "ibu", jadi kalo terbangun tengah malam yang dipanggil adalah "AYAH". hahahahaha.... jadilah si ayah yang bangun meladeni keinginannya, si ibu? tetep tidur dong..

Sampai akhirnya Nara bisa mengucapkan kata "bu". Alhamdulillah. Eitss.. jangan senang dulu, karena Nara tidak mengucapkan "Ibu", melainkan "A-bu" waksss... dan jadilah beberapa saat Nara manggil saya dengan sebutan Abu. Sesekali dia bisa juga mengucapkan I-BU, atau E-BU. Yang penting "BU" nya jelas deh. Hehehehe...

Kesenangan itu tidak berlangsung lama, karena saat ini Nara memanggil saya dengan sebutan "ibi". Pfewww...

"ndi, bi. ndi" yang artinya mandi ibu, mandi.

Wednesday, July 11, 2007

Batuk nya Nasta

Seharusnya Nasta sudah mulai masuk sekolah, tapi sengaja saya suruh dia tetap di rumah sambil memulihkan tenaga. Sudah hampir dua minggu Nasta terserang batuk yang cukup parah. Dan kali ini saya 'lemah'. Hari pertama dia demam dan mulai batuk, saya langsung bawa dia ke dokter anak. Dan di hari itu juga dia mulai menelan beragam macam obat yang dimasukkan kedalam 1 botol antibiotik. Hiksss... (padahal menurut artikel yang saya baca, batuk/asma tidak harus selalu diobati dengan antibiotik)

Hari keempat masih demam dan batuk yang bertambah parah, karena banyak slem di dada. Tambah lagi obat-obatan yang diracik dalam 1 botol antibiotik. Sempat juga Nasta dibawa ke UGD nya sebuah rumah sakit di jalan Margonda, karena saya dan suami memutuskan untuk mencoba inhalasi untuk Nasta. Karena jujur saja, kami tidak sanggup mendengar suara grok grok dan (mungkin) rasa sesak di dada yang Nasta rasakan. Kalo kami ada di posisi nasta, mungkin kami akan lemas tidak karuan.

Nasta demam lebih dari 5 hari, on off on off, saya sudah kepikiran bahwa demam nya dia ini karena batuk, dan kemungkinan ada kuman di slem nya dia. Tapi kami coba juga test darah dan hasilnya Alhamdulillah baik-baik saja. Proses inhalasi tidak berjalan mulus, karena Nasta ternyata tidak suka. "BAU" katanya sewaktu masker menutupi mulut dan hidungnya. Alhasil, kami hanya berhasil "mendekatkan" masker ke mulut dia. Sebenernya kurang efektif, karena banyak obat yang terbuang.

Dugaan sementara dari dokter, Nasta kemungkinan Asma. Karena ada turunan asma dari pihak ayah Lutfi, jadi kami seperti mengamini. Ditambah memang dari bayi Nasta sering batuk grok grok gitu. masih inget kejadian Nasta batuk grok grok di kasih Izoniazid ma' DSA nya, pdhal tuh obat utk penderita TB. Aarrggghhh

Saya dan suami akhirnya coba cari dsa spesialis asma anak. Sampailah kami pada seorang dokter di daerah kebayoran, dan kami dapat nomor besar, sehingga kami dijadwalkan bertemu sang dokter jam 12 malam!!. Phewww..
OK, kita coba saja. Kondisi Nasta sendiri pada saat kami bawa ke dokter itu sudah membaik, sesekali masih batuk berdahak. Tapi memang karena sudah masa akan sembuh (batuk masa sembuhnya ± 14 hari). Hasil obrolan kami dengan pak dokter ini, blio memang mengatakan tenggorokannya Nasta sensitive. Karena ada riwayat keluarga penderita asma, memang ada kemungkinan Nasta bisa menderita asma (noted : sekarang blom asma). Jadi sebisa mungkin pencetus nya musti dihindari. Tidak boleh ada buku di kamar / lemari kamar, pakaian di lemari tidak boleh lebih dari 2 minggu menetap, karena masa hidup sang TUNGAU. Tidak boleh ada binatang peliharaan (untungnya kami tidak punya), tidak boleh pasang karpet (karpet terakhir di ruang tamu sudah di angkat), bersihakan filter AC seminggu sekali (pfuiih...), boneka bulu di cuci seminggu sekali, dll,dsb.

Untuk memastikan kondisi Nasta, pak dokter ini menyarankan untuk photo thorax dan sinus. Ahh.. smoga Nasta baik-baik saja.

Renungan buat Ibu Meli
- Smoga ini kali terakhir Nasta minum antibiotik lama (biasanya kalo dapat antibiotik, saya jarang sekali kasih ke Nasta. Apalagi kalo tau sakit nya karena virus)
- Smoga lain kali jika Nasta mengalami hal serupa, saya bisa lebih intens mengawasi Nasta, sehingga kami tidak perlu bolak balik ke dokter. Karena penyakit seperti ini yang diperlukan hanya istirahat yang cukup, minum air putih yang banyak dan makan makanan bergizi.
- Smoga Nasta bisa lebih sehat dan jarang sakit. Amiiin.


Buat teman-teman yang memerlukan artikel tentang asma bisa di cari di sini