photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Wednesday, November 02, 2011

Sedih Itu Biasa....

Anak sakit dan membuat mereka merasa tidak nyaman, tentu bikin sedih 
Di tinggal pacar.. bohong deh kalo bilang ga sedih :( 
Ga bisa nurutin keinginan anak-anak pun ada rasa sedih loh, apalagi kalo yang diminta untuk kebaikan. 
Ga bisa ngasih uang ke orang tua, itu juga bikin sedih. Banget! 


Bikin target lalu tidak tercapai, itu juga sedih
Banyak hal yang bikin aku sedih
Terkadang menangis .. psst.. tapi nangis nya diam-diam aja .. 


Aku baca novel aja bisa nangis kok :D 


Ga pengen menceritakan tentang kesedihan. Karena pasti pada malas baca! 
Ya iya lah, siapa juga yang mau baca cerita sedih. Orang-orang pada blog walking kan pengen baca cerita bahagia, syukur² bisa menginspirasi dan memberi manfaat buat yang baca. 


Tapi namanya juga blog pribadi yaa.. jadi urusan isi cerita masih suka-suka yang punya ah.. sekedar curhat aja boleh dong.


Sedih nya saya kali ini berhubungan dengan supir pribadi keluarga suami. Yang sudah bekerja pada kami selama lebih dari 15 thn. Apa udah mau 20 ya? Namanya juga supir keluarga, urusan kesetiaan insyaa Allah tidak perlu diragukan. Saya sendiri sudah mengenal blio sepanjang pernikahan saya dengan suami. 9 tahun plus masa pacaran. 


Pak Tarmo ini yang pernah nyetir dengan tensi 220/140, ceritanya di sini 


Punya supir keluarga adalah hidup mewah buat kami. Mengingat sudah setahun lebih kami pun hidup pas-pas-an aja. Yang penting buat bayar sekolah, makan dan bayar hutang kartu kredit [minimum payment] ada. Jadi kalau ketambahan mengeluarkan gaji dan uang harian untuk pak Tarmo, pengen ngejerit sebenarnya. Tapi karena satu dan lain hal, lebih tepatnya tidak tega untuk memecat beliau, pak Tarmo pun tetap dipertahankan. 


Tugasnya sendiri, ga banyak kok. Hanya antar jemput anak-anak sekolah dan les ngaji / gambar. Kadang-kadang di pakai ipar saya kalau ada keperluan. Atau ya ke Oriflame. 
Kalau untuk antar Nara aja, alhamdulillah saya udah bisa nyetir di dalam komplek. Kalau keluar komplek, ya belum. Ga ada SIM. 


Ide untuk mempesiunkan pak Tarmo terus ada. Tapi ya itu, realisasi nya belum. Karena ya itu, ga tega. Dan kami pun ga bisa bayar uang pesangon nya kan. 


2 atau 3 minggu lalu, Ayah sempat menawarkan pak Tarmo untuk bekerja di kampus London School, karena kebetulan disana membutuhkan. Atau pilihannya, pak Tarmo hanya kerja freelance di kami. Saat abang ga ngajar / kerja, pak Tarmo libur. Tapi kalo abang ga ada, pak Tarmo masuk. Apa ya istilahnya, "dirumahkan" 


Motor tetap di pegang pak Tarmo, jadi beliau bisa pergunakan untuk ngojek, misalkan. 


Realisasi dirumahkannya pak Tarmo baru mulai Selasa kemaren. Sedih nya tak terkira. Padahal saya sendiri yang bilang, ga sanggup bayar pak Tarmo. Harus realistis. Tapi pada kenyataannya, ya bikin sedih. 


Beliau juga kepala rumah tangga, anak-anak nya masih usia sekolah. Paling kecil SMP, yang besar belum kerja tetap. Tapi hebatnya, pak Tarmo ga pernah ngeluh loh. 


Berjanji dalam hati, jika kondisi keuangan mulai stabil lagi.. pak Tarmo akan kembali bekerja dan insyaa Allah tidak akan pernah terlambat gajiannya :) 


Aamiin 









Tuesday, November 01, 2011

Makan Berdiri

Sudah lazim nya pesta pernikahan sekarang ini menggunakan sistem standing party. Nasta, 8 thn sudah sering menghadiri pesta pernikahan, tapi entah kenapa beberapa hari lalu saat pesta pernikahan seorang kerabat Nasta terus menerus mempermasalahkan adab makan. 


"Ibu, makan itu tidak boleh berdiri! llaa yasy robbana ahadumminkum qoo'imaa...fa man nasiya falyastaqii"
artinya : janganlah sekali kali salah seorang diantara kalian minum dgn berdiri, siapa saja yg lupa, hendaklah memuntahkannya 


Dan saya pun mencoba menjelaskan, ada beberapa situasi yang membuat kita tidak mungkin makan sambil duduk. Contohnya seperti saat pesta kawinan ini. Kalaupun mau duduk, yuk kita cari tempat duduk. Yang biasanya hanya tersedia sedikit. 


Nasta pun makan sambil cemberut dan ngomel, "Ini ga boleh Ibu! Ada hadits nya!!" 


Iya nak.... speechless ibu nya