photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Thursday, April 23, 2009

Sekretaris itu .................

Sudah lama sekali saya bertanya-tanya dalam hati, apa ya keahlian saya selain bekerja kantoran ini? Apa yang akan saya lakukan jika saya tenaga saya sudah diperlukan di kantor? Ada keinginan untuk tinggal di rumah dan mengurus anak-anak saja, tapi sepertinya waktu satu bulan saja bisa membuat saya menjadi MONSTER untuk anak-anak saya :D

Jadi saya harus terus bekerja :D Biar ga jadi monster, maksudnya Ibu yang suka ngomel-ngomel terus ke anak-anak gitu.
Sumpah, kalo lagi kesel ma suami, atau uang belanja kurang, bohong besar kalo anak tidak terimbas.

Kembali ke topik di atas, keahlian apa yang bisa saya upayakan yah? Masak, ga bisa. Jahit? Apalagi! Itu kan dasar banget yah? Jualan?? Kayanya saya nih Padang kafir deh, hihi itu sebutan buat kami sekeluarga, karena ngaku Padang tapi kok ga bisa dagang :D
Jujur aja, saya lagi dan masih mencari, apa kesukaan saya yang bisa saya kembangkan untuk menjadi bekal "pensiun" saya kelak. Atau mungkin bisa jadi usaha sampingan saya. Keep thinking Mel!

Thanks to Ibu dan Bapak, yang tahu banget anak gadis nya kurang minat di urusan rumah tangga, untuk membiarkan saya aktif di sekolah, kuliah dan bekerja kantoran. Ntah lah apakah sekarang saya harus menyalahkan mereka, karena tidak pernah menyuruh saya memasak, mencuci dan meneriska baju. Sumpah, ga pernah!!
Dulu, kalo temen-temen pada cerita, aktifitas harian mereka, dan mereka semua iri dengan saya. Karena urusan membantu pekerjaan rumah, saya hanya berperan sedikiiitt sekali, kalo ga mau di bilang tidak ada peran sama sekali. Sapu dan ngepel rumah, itu pun tidak tiap hari.

Alhamdulillah juga, saya dapat mertua yang tidak menuntut mantu nya bisa masak (padahal orang Padang juga lho). Dulu saya sudah antisipasi, untuk tidak punya calon suami orang Minang. Karena dalam keluarga Ibu saya (Bapak wong Yojo - Jogjakarta), perempuan harus bisa masak, TITIK. Apalagi almarhum Oma saya, ratu dapur. Seingat saya, blio bisa tuh seharian di dapur. Saya suka bangun siang, alhamdulillah Bapak dan Ibu saya jarang protes :D, mertua saya, Alhamdulillah, ga pernah protes juga tuh. Mungkin karena anak-anak gadisnya juga pada bangun siang kali yah? hahahaha...

Well, terlepas dari cerita saya. Ada yang ingin saya ceritakan, dan mungkin bisa menjadi hikmah bagi siapapun yang baca (GR banget yah).

Minggu lalu, HRD saya minta tolong untuk melihat kapasitas seorang calon sekretaris. "Ga pernah kerja Mel, lulusan ASMI, suaminya baru meninggal, anak 4. Dari big boss." Itu kalimat yang diucapkan pertama kali oleh mba HRD ini. Blio menambahkan, "kalo buat memo lemburan ini berapa lama?" katanya sambil memperlihatkan memo lembur. "Itu sih udah ada template-an nya mba, tapi kalo pun harus mulai baru, paling lama 10 menit," kata saya. Berapa menit kemudian saya menambahkan, "mba, tanyain juga dia biasa berurusan ma' travel atau hotel ga?, trus mba, coba bikin chart aja di powerpoint, kan udah ada tuh, tinggal di ketik doang." HRD saya berkata dengan cepat, "Boro-boro Mel, test yang tadi aja juga belum tentu dia bisa??" HAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
Lalu ngapain di test? Ya udah ga usah aja. Itu pertanyaan saya, dan pastinya pikiran kalian semua.

Lalu HRD saya memberikan informasi tambahan. Dari boss besar, katanya. Ya tapi kan tetap aja liat kualitas juga. Dan wawancara dengan salah satu Account Director, dia sama sekali tidak lulus test. Ga bisa jawab pertanyaan sederhana dalam bahasa Inggris, tidak bisa (tepatnya tidak mau) mencoba test telpon (angkat dan terima telpon), dan tidak ada motivasi kerja. Jadi buat apa dong????????

Singkat cerita, kami diperintahkan untuk memberi kesempatan kepada perempuan "malang" ini. Boss besar secara langsung meminta saya untuk memberikan bantuan 30 menit - 1 jam tiap harinya. Saya tolak?? Ya ga bisa lah!! Dan demi mendengar cerita malang perempuan itu, sebagai perempuan tentunya saya pun ingin membantu.

Jadi mulai lah Senin kemaren perempuan ini mulai bekerja. Pertanyaan saya ke diri sendiri, "Harus mulai dari mana???"

Perempuan ini tidak pernah bekerja, tidak bisa komputer sama sekali, bahasa Inggris nya kurang (malah mungkin tidak bisa kali).

Gini.. gini ... jadi sekretaris direksi, mungkin lebih mudah. Karena hanya mengurus satu orang, mengatur jadwal meeting, travelling, filing, bikin surat?? Hari gini, jarang banget sekretaris yang bikin surat sendiri (eh, itu di perusahaan saya yah). Udah ada email kok, para boss itu langsung buat email sendiri dong. Eh, tapi sebelum ada yang protes, sekretaris direksi kantor saya sekarang ini juga di multi fungsi, malah jujur aja, kalo saya yang jadi sekretaris direksi jaman sekarang, mungkin belum tentu bisa. Karena SekDir di kantor saya, terlibat banyak urusan pitching, dari mulai ambil form tender sampai menyerahkan form tender. Di antara itu, pekerjaannya...... JUBLEK BLEK. (saking banyak nya).

Nah, sekretaris divisi client service ini, itu tugasnya lebih kompleks dari sekretaris direksi. Dia menangani lebih dari satu orang, saat ini ada 7 (tujuh) orang perempuan di bagian client service. Membantu 7 perempuan dengan banyak client, dibutuhkan keahlian, keluwesan, dan harus gesit. Berhubungan juga dengan bagian keuangan, karena sekretaris ini mengurus seluruh bon-bon (makan, lemburan, taxi) yang berhubungan dengan department ini.
Itu baru beberapa dari sekian banyak tugas sekretaris divisi Client Service lho. Belum lagi mengatur jadwal travelling, membantu mereka untuk meng- up date pekerjaan jika mereka semua berada di luar kantor, dan lain lain.

Seorang sekretaris tanpa pengalaman di bidang advertising aja, perlu waktu untuk beradaptasi dan mengejar ketinggalannya. Nah, kalo tanpa pengalaman APAPUN, kapan dia bisa mengejar ketinggalannya?? Sedangkan pekerjaan tidak bisa menunggu, dan tidak semua orang ada waktu untuk mengajarinya kan?

No comments: