Disaster could be everywhere and anytime
Dua bulan lalu boss gw bilang, akan ada G2 conference. Dan Jakarta jadi salah satu pilihan tempat penyelenggara, "Are U ready for that?" Trus gw jawab, "Siapa takut." Conference kecil gitu, udah biasa lah. Cuma pesen tempat dan arrange ini itu aja kok. Maka mulailah kesibukan kecil, telpon beberapa hotel yang sudah direkomendasikan oleh group perusahaan. Beres, tinggal nunggu feedback dari mreka. Antusias sedikit berkurang, karena ternyata, conference akan diadakan di bulan puasa. OMIGOD. Nongkrong di hotel, tapi lagi puasa. Males banget kan? Ternyata, ada pilihan kota lain, yaitu Bangkok. Dan sambil berdoa juga, smoga mreka memilih Bangkok aja. Hehehehe...
Alhamdulillah, doa gw terkabul. Conference jadi di Bangkok. Pfuih...
Minggu lalu, boss gw bilang, "dari Bangkok gw akan langsung ke Bali, ada management meeting." OK deh boss. Awal minggu ini langsung di ralat lagi, "Ga jadi di Bali, mreka takut BOMB." Sambil di kasih email dari regional mengenai artikel Bomb di Bali. Ya ampunnn.... dalam hati, kalo dah musibah mah dimana aja bisa kejadian bukan? Kok tragedi dijadikan musim sih, headline artikelnya bertulis "Bomb Season". Marah juga gw, heeeeiii... mister, siapa juga yang pengen ada bomb? Kasian juga kan saudara-saudara gw di Bali, mreka hidup dari tourism, kalo ga ada turis mreka susah juga.
Ternyata meeting management nya diadakan di Phuket, tapi boss gw dah bilang, ga ikut. Kan bisa sambil "ngobrol" nanti pas di Bangkok. Alhamdulillah, 'mayan save uang kantor. (walaupun tetep ga jadi naik gaji juga, hiks).
Pagi tadi gw liat berita, kudeta militer sudah turun ke jalan di kota Bangkok. Dalam hati, jadi conference ga nih? Sampai kantor, boss langsung menghampiri cubicle gw dan mengatakan, "conference kemungkinan besar di undur atau bisa jadi di cancel. Karena ada kudeta. Begitu juga dengan management meeting yg di Phuket." Gw bilang aja, tuh kan, mreka ga mau datang ke Indonesia karena takut bencana. Padahal bencana mah bisa dimana aja dan kapan saja.
Kenapa juga mreka pada ga mikir itu? Ada Allah yang mengatur semua Bung. (Eh, mreka pada punya Tuhan ga yah?)
Selalu Bersyukur
Menjelang terima gaji, perasaan gw antara senang dan bingung. Senang lah dapat uang kan, walaupun belum juga di tangan tuh uang, tapi tagihan-tagihan sudah menumpuk. Bingung campur pusing. Alhamdulillah masih punya gaji, Alhamdulillah masih bisa bayar hutang dan tagihan. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, atas semua rejeki yang telah Engkau berikan kepada kami.
Lagi bingung karena ukuran perut ga berubah, dan sudah coba untuk mengurangi -sedikit- iya cuma sedikit, porsi makan. Tapi perasaan masih belum juga berubah. Tiba-tiba kemaren, Yuli dari bagian accounting bilang, "Duh.. enak banget sih mba. Makan banyak tapi tetap ga gendut." Haaaaaaaaaaaaa!!!!! Waduh! Alhamdulillah, masih ada yg bilang gw ga gendut. Well, emang sih kalo dibanding dengan Yuli ini, gw masih lebih kecil. Walaupun sama-sana sudah punya dua orang anak. Alhamdulillah. Hehehe, dan gw jadi punya alasan, untuk makan indomie lagi sore hari. Gw masih dibilang kurus kok.
Lagi liat majalah yang isinya UP CLASS LEVEL, socialite gitu deh. Asal berkomentar, gw bilang, "enak kali yah jadi mreka. Baju nya ber merk terus, pesta tiap hari, kayanya ga kenal kata "kesulitan uang." Lalu AE gw bilang, "ga enak mba. Hidup kaya mreka itu ga enak. Jangan mau. Enakan kaya kita gini, biasa aja. Mreka itu hidup penuh kemunafikan, bla, bla, bla"
Waduh! Dasar manusia, sudah diciptakan sesuai kodratnya, masih juga mikirin kehidupan manusia lain. Plak plak.. back to real life.
Alhamdulillah, gw hidup seperti sekarang ini.
Alhamdulillah, masih bisa berhutang dan bayar hutang, jangan sampe di kejar-kejar debt collector dan di teror kaya orang yang berhutang milyaran rupiah. (Kenapa yah orang yang hutang nya trilyunan itu malah ga di kejar-kejar debt collector?)
Alhamdulillah, sudah menikah dan punya dua orang putri yang membahagiakan dan menyenangkan hati.
Alhamdulillah, masih punya orang tua - lengkap dan mertua yang lengkap pula.
Alhamdulillah, sudah punya rumah sendiri, walaupun masih kredit. Dan sekarang bunga bank nya seperti mencekik leher.
Alhamdulillah, punya mobil sendiri, jadi tidak perlu naik bus atau angkutan umum kalo ke kantor atau jalan-jalan ma' anak-anak.
Alhamdulillah, masih sanggup bayar baby sitter dan PRT untuk membantu mengurus anak-anak dan urusan rumah yang lain.
Alhamdulillah, masih diberi kesempatan hidup. Smoga hidup gw bisa bermanfaat buat orang lain.
Alhamdulillah, masih diingatkan untuk selalu bersyukur kehadirat Allah SWT.
Alhamdulillah
(ga akan cukup waktu gw untuk selalu mengucapkan semua nikmat dan karunia yang telah dan akan Allah berikan. Smoga gw selalu ingat untuk bersyukur). Amin.
1 comment:
mel, postingannya jd kyk negor/ngingetin gw, hiks!
br aja gw manyun gara2 'ngerasa gak punya duit', baca postingan elo jd ngucap Alhamdulilah jg.
Alhamdulilah minggu depan Insya Allah udah gajian:-)
thanks mel:-)
Post a Comment