Gw suka sekali baca kolom hikmah di koran Republika, bacaan ringan yang sarat makna. Beberapa hari lalu gw baca kolom ini, dan seperti nya PAS banget. Gw emang lagi belajar lebih sabar.
Karena artikel bagus, sayang banget kalo ga gw share ke temen-temen, smoga temen² yang baca, dapat mengambil hikmahnya. Amin.
Memaknai Sabar
Oleh : Pardan Syafrudin
Dalam firman ini, ada suatu sikap dan perilaku yang istimewa dalam pandangan Allah SWT. Sifat tersebut adalah sabar.
Jaminan Allah SWT terhadap orang yang bersabar adalah akan dicukupkan pahala mereka dalam jumlah yang tak terbilang, sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS Az-Zumar [39]:10).
Syekh Salim Al-Hilali, pensyarah kitab Riyadhush Shalihin karya Imam Nawawi, memaknai sabar dengan suatu sikap yang mampu mengendalikan diri dalam berbuat taat kepada Allah. Dari sini, akan sempurnalah kesabaran seseorang ketika memenuhi tiga unsur. Pertama adalah sabar dalam ketaatan. Dalam menjalani perintah-Nya, diperlukan pengabdian dan perjuangan yang luar biasa. Tuntutan dari sana sini mengharuskan kita istiqamah dan sabar untuk menjalaninya.
Unsur kedua adalah kesabaran dalam menghadapi kemaksiatan. Pendeknya, seorang Muslim dituntut menjauhi dan meninggalkan larangan dan kemaksiatan. Oleh karenanya Allah berfirman, "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian." (QS Muhamad [47]:31).
Ketiga adalah kesabaran dalam mendapati musibah. Ketetapan dan takdir Allah kepada hambanya tentu berbeda. Termasuk di dalamnya ujian dari Allah dalam kesengsaraan ataupun sesuatu yang ditakutkan serta tidak di inginkan. Ketika kita menghadapi hal tersebut, kita bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT tanpa keluh kesah, karena berprinsip semuanya datang dari Allah, dan Allah akan memberikan kepada hambanya dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui.
A mother of two beloved daughters, Nasta and Nara. A lovely wife for my lovely hubby.
Tuesday, September 26, 2006
Wednesday, September 20, 2006
Lesson for Today
Disaster could be everywhere and anytime
Dua bulan lalu boss gw bilang, akan ada G2 conference. Dan Jakarta jadi salah satu pilihan tempat penyelenggara, "Are U ready for that?" Trus gw jawab, "Siapa takut." Conference kecil gitu, udah biasa lah. Cuma pesen tempat dan arrange ini itu aja kok. Maka mulailah kesibukan kecil, telpon beberapa hotel yang sudah direkomendasikan oleh group perusahaan. Beres, tinggal nunggu feedback dari mreka. Antusias sedikit berkurang, karena ternyata, conference akan diadakan di bulan puasa. OMIGOD. Nongkrong di hotel, tapi lagi puasa. Males banget kan? Ternyata, ada pilihan kota lain, yaitu Bangkok. Dan sambil berdoa juga, smoga mreka memilih Bangkok aja. Hehehehe...
Alhamdulillah, doa gw terkabul. Conference jadi di Bangkok. Pfuih...
Minggu lalu, boss gw bilang, "dari Bangkok gw akan langsung ke Bali, ada management meeting." OK deh boss. Awal minggu ini langsung di ralat lagi, "Ga jadi di Bali, mreka takut BOMB." Sambil di kasih email dari regional mengenai artikel Bomb di Bali. Ya ampunnn.... dalam hati, kalo dah musibah mah dimana aja bisa kejadian bukan? Kok tragedi dijadikan musim sih, headline artikelnya bertulis "Bomb Season". Marah juga gw, heeeeiii... mister, siapa juga yang pengen ada bomb? Kasian juga kan saudara-saudara gw di Bali, mreka hidup dari tourism, kalo ga ada turis mreka susah juga.
Ternyata meeting management nya diadakan di Phuket, tapi boss gw dah bilang, ga ikut. Kan bisa sambil "ngobrol" nanti pas di Bangkok. Alhamdulillah, 'mayan save uang kantor. (walaupun tetep ga jadi naik gaji juga, hiks).
Pagi tadi gw liat berita, kudeta militer sudah turun ke jalan di kota Bangkok. Dalam hati, jadi conference ga nih? Sampai kantor, boss langsung menghampiri cubicle gw dan mengatakan, "conference kemungkinan besar di undur atau bisa jadi di cancel. Karena ada kudeta. Begitu juga dengan management meeting yg di Phuket." Gw bilang aja, tuh kan, mreka ga mau datang ke Indonesia karena takut bencana. Padahal bencana mah bisa dimana aja dan kapan saja.
Kenapa juga mreka pada ga mikir itu? Ada Allah yang mengatur semua Bung. (Eh, mreka pada punya Tuhan ga yah?)
Selalu Bersyukur
Menjelang terima gaji, perasaan gw antara senang dan bingung. Senang lah dapat uang kan, walaupun belum juga di tangan tuh uang, tapi tagihan-tagihan sudah menumpuk. Bingung campur pusing. Alhamdulillah masih punya gaji, Alhamdulillah masih bisa bayar hutang dan tagihan. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, atas semua rejeki yang telah Engkau berikan kepada kami.
Lagi bingung karena ukuran perut ga berubah, dan sudah coba untuk mengurangi -sedikit- iya cuma sedikit, porsi makan. Tapi perasaan masih belum juga berubah. Tiba-tiba kemaren, Yuli dari bagian accounting bilang, "Duh.. enak banget sih mba. Makan banyak tapi tetap ga gendut." Haaaaaaaaaaaaa!!!!! Waduh! Alhamdulillah, masih ada yg bilang gw ga gendut. Well, emang sih kalo dibanding dengan Yuli ini, gw masih lebih kecil. Walaupun sama-sana sudah punya dua orang anak. Alhamdulillah. Hehehe, dan gw jadi punya alasan, untuk makan indomie lagi sore hari. Gw masih dibilang kurus kok.
Lagi liat majalah yang isinya UP CLASS LEVEL, socialite gitu deh. Asal berkomentar, gw bilang, "enak kali yah jadi mreka. Baju nya ber merk terus, pesta tiap hari, kayanya ga kenal kata "kesulitan uang." Lalu AE gw bilang, "ga enak mba. Hidup kaya mreka itu ga enak. Jangan mau. Enakan kaya kita gini, biasa aja. Mreka itu hidup penuh kemunafikan, bla, bla, bla"
Waduh! Dasar manusia, sudah diciptakan sesuai kodratnya, masih juga mikirin kehidupan manusia lain. Plak plak.. back to real life.
Alhamdulillah, gw hidup seperti sekarang ini.
Alhamdulillah, masih bisa berhutang dan bayar hutang, jangan sampe di kejar-kejar debt collector dan di teror kaya orang yang berhutang milyaran rupiah. (Kenapa yah orang yang hutang nya trilyunan itu malah ga di kejar-kejar debt collector?)
Alhamdulillah, sudah menikah dan punya dua orang putri yang membahagiakan dan menyenangkan hati.
Alhamdulillah, masih punya orang tua - lengkap dan mertua yang lengkap pula.
Alhamdulillah, sudah punya rumah sendiri, walaupun masih kredit. Dan sekarang bunga bank nya seperti mencekik leher.
Alhamdulillah, punya mobil sendiri, jadi tidak perlu naik bus atau angkutan umum kalo ke kantor atau jalan-jalan ma' anak-anak.
Alhamdulillah, masih sanggup bayar baby sitter dan PRT untuk membantu mengurus anak-anak dan urusan rumah yang lain.
Alhamdulillah, masih diberi kesempatan hidup. Smoga hidup gw bisa bermanfaat buat orang lain.
Alhamdulillah, masih diingatkan untuk selalu bersyukur kehadirat Allah SWT.
Alhamdulillah
(ga akan cukup waktu gw untuk selalu mengucapkan semua nikmat dan karunia yang telah dan akan Allah berikan. Smoga gw selalu ingat untuk bersyukur). Amin.
Dua bulan lalu boss gw bilang, akan ada G2 conference. Dan Jakarta jadi salah satu pilihan tempat penyelenggara, "Are U ready for that?" Trus gw jawab, "Siapa takut." Conference kecil gitu, udah biasa lah. Cuma pesen tempat dan arrange ini itu aja kok. Maka mulailah kesibukan kecil, telpon beberapa hotel yang sudah direkomendasikan oleh group perusahaan. Beres, tinggal nunggu feedback dari mreka. Antusias sedikit berkurang, karena ternyata, conference akan diadakan di bulan puasa. OMIGOD. Nongkrong di hotel, tapi lagi puasa. Males banget kan? Ternyata, ada pilihan kota lain, yaitu Bangkok. Dan sambil berdoa juga, smoga mreka memilih Bangkok aja. Hehehehe...
Alhamdulillah, doa gw terkabul. Conference jadi di Bangkok. Pfuih...
Minggu lalu, boss gw bilang, "dari Bangkok gw akan langsung ke Bali, ada management meeting." OK deh boss. Awal minggu ini langsung di ralat lagi, "Ga jadi di Bali, mreka takut BOMB." Sambil di kasih email dari regional mengenai artikel Bomb di Bali. Ya ampunnn.... dalam hati, kalo dah musibah mah dimana aja bisa kejadian bukan? Kok tragedi dijadikan musim sih, headline artikelnya bertulis "Bomb Season". Marah juga gw, heeeeiii... mister, siapa juga yang pengen ada bomb? Kasian juga kan saudara-saudara gw di Bali, mreka hidup dari tourism, kalo ga ada turis mreka susah juga.
Ternyata meeting management nya diadakan di Phuket, tapi boss gw dah bilang, ga ikut. Kan bisa sambil "ngobrol" nanti pas di Bangkok. Alhamdulillah, 'mayan save uang kantor. (walaupun tetep ga jadi naik gaji juga, hiks).
Pagi tadi gw liat berita, kudeta militer sudah turun ke jalan di kota Bangkok. Dalam hati, jadi conference ga nih? Sampai kantor, boss langsung menghampiri cubicle gw dan mengatakan, "conference kemungkinan besar di undur atau bisa jadi di cancel. Karena ada kudeta. Begitu juga dengan management meeting yg di Phuket." Gw bilang aja, tuh kan, mreka ga mau datang ke Indonesia karena takut bencana. Padahal bencana mah bisa dimana aja dan kapan saja.
Kenapa juga mreka pada ga mikir itu? Ada Allah yang mengatur semua Bung. (Eh, mreka pada punya Tuhan ga yah?)
Selalu Bersyukur
Menjelang terima gaji, perasaan gw antara senang dan bingung. Senang lah dapat uang kan, walaupun belum juga di tangan tuh uang, tapi tagihan-tagihan sudah menumpuk. Bingung campur pusing. Alhamdulillah masih punya gaji, Alhamdulillah masih bisa bayar hutang dan tagihan. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, atas semua rejeki yang telah Engkau berikan kepada kami.
Lagi bingung karena ukuran perut ga berubah, dan sudah coba untuk mengurangi -sedikit- iya cuma sedikit, porsi makan. Tapi perasaan masih belum juga berubah. Tiba-tiba kemaren, Yuli dari bagian accounting bilang, "Duh.. enak banget sih mba. Makan banyak tapi tetap ga gendut." Haaaaaaaaaaaaa!!!!! Waduh! Alhamdulillah, masih ada yg bilang gw ga gendut. Well, emang sih kalo dibanding dengan Yuli ini, gw masih lebih kecil. Walaupun sama-sana sudah punya dua orang anak. Alhamdulillah. Hehehe, dan gw jadi punya alasan, untuk makan indomie lagi sore hari. Gw masih dibilang kurus kok.
Lagi liat majalah yang isinya UP CLASS LEVEL, socialite gitu deh. Asal berkomentar, gw bilang, "enak kali yah jadi mreka. Baju nya ber merk terus, pesta tiap hari, kayanya ga kenal kata "kesulitan uang." Lalu AE gw bilang, "ga enak mba. Hidup kaya mreka itu ga enak. Jangan mau. Enakan kaya kita gini, biasa aja. Mreka itu hidup penuh kemunafikan, bla, bla, bla"
Waduh! Dasar manusia, sudah diciptakan sesuai kodratnya, masih juga mikirin kehidupan manusia lain. Plak plak.. back to real life.
Alhamdulillah, gw hidup seperti sekarang ini.
Alhamdulillah, masih bisa berhutang dan bayar hutang, jangan sampe di kejar-kejar debt collector dan di teror kaya orang yang berhutang milyaran rupiah. (Kenapa yah orang yang hutang nya trilyunan itu malah ga di kejar-kejar debt collector?)
Alhamdulillah, sudah menikah dan punya dua orang putri yang membahagiakan dan menyenangkan hati.
Alhamdulillah, masih punya orang tua - lengkap dan mertua yang lengkap pula.
Alhamdulillah, sudah punya rumah sendiri, walaupun masih kredit. Dan sekarang bunga bank nya seperti mencekik leher.
Alhamdulillah, punya mobil sendiri, jadi tidak perlu naik bus atau angkutan umum kalo ke kantor atau jalan-jalan ma' anak-anak.
Alhamdulillah, masih sanggup bayar baby sitter dan PRT untuk membantu mengurus anak-anak dan urusan rumah yang lain.
Alhamdulillah, masih diberi kesempatan hidup. Smoga hidup gw bisa bermanfaat buat orang lain.
Alhamdulillah, masih diingatkan untuk selalu bersyukur kehadirat Allah SWT.
Alhamdulillah
(ga akan cukup waktu gw untuk selalu mengucapkan semua nikmat dan karunia yang telah dan akan Allah berikan. Smoga gw selalu ingat untuk bersyukur). Amin.
Tuesday, September 12, 2006
Lunasi Hutang
Sebelum gw cerita lebih lanjut, janji yah ga nangis.. hihihii... tapi gw ga yakin gw tidak akan menangis selama menulis cerita ini.
Mama brangkat ke Singapore Senin pagi kemaren. Gw tetep pesen dendeng balado untuk Inong, ngerasa berhutang aja kalo ga dikasihin. Paling tidak, gw akan kasih ke keluarga nya di Jakarta. Sms Neng, ngasih tau mau kasih dendeng balado "pesenan Inong", biar buat Zidan & Syifa aja. Ternyata, Neng sedang di airport, mengantar mas Haris, Zidan & Syifa (plus Ummi dan Nenek Priuk) ke Singapore. Yaaaa... ga sempet ketemu ma' Abang dan Kakak deh. Tapi dah janjian ma' Neng, mau antar ke Buaran.
Pas bedug Maghrib, sampai di depan rumah orang tua Inong. Ketemu Neng yang baru sekali ini ketemu. Sekalian numpang shalat. Saat shalat, gw tak kuasa menahan tangis. "Inong, ini dah gw bawain dendeng balado pesanan lo." (tuh kan.. gw nangis lagi). Sepanjang shalat menangis. Hiks... ntah kenapa, ngerasa diliatin Inong aja. Ahh.. itu cuma perasaan lo aja Mel.
Ngobrol ma' Neng. Seru juga, kami tertawa mengingat hal-hal lucu, tapi dipastikan langsung menangis kalo cerita beralih ke dua permata hati Bunda Inong itu. Menurut Indah, siang hari sebelum Inong koma, mreka (Neng dan Inong) masih asyik ber-sms ria. Kata Neng, Bunda itu bisa tiap 5 menit sms. Hal apapun yang Bunda liat, pasti di sms, "Duh Neng, Bunda ngeliat orang aneh banget deh." "Neng, Bunda barusan ngeliat orang pake cincin di 10 jari nya!" dan lain-lain, hehehe...
Lalu beberapa hari sebelum Inong meninggal, Inong "mewariskan" beberapa resep andalan ke Neng (Jadi buat yg mo pesen-pesen makanan, jangan khawatir, Neng tetep bisa membantu).
Gw juga menyampaikan keinginan para blogger, supaya blog nya ZidanSyifa tetap di apdet, begitu juga blog Dapur Bunda. Kata Neng, "ga sekarang kali yah mba. Nanti kalo udah agak berkurang kesedihannya." Iya Neng, kami ngerti kok.
Hal-hal yang bikin nih mata ga bisa berkompromi (baca: nangis terus) adalah ;
Suatu hari, Zidan tiba-tiba ngomong ke Ummi dan Neng, "Abang mau balik ke jaman dulu, dulu banget. Abang ga mau jaman sekarang. Pokoknya jaman dulu. Jaman masih ada Bunda." Dan dia keukeuh banget dengan keinginan nya itu. Sampai Ummi dan Neng kebingungan mengatasinya. Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....
Atau saat Zidan minta ayahnya untuk mutar film mreka, Zidan berkata, "Abang kangen ma' suara Bunda nih." lalu Syifa berkata, "Kakak kangen mo di cium Bunda." Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa lagi.
Masih banyak yang diceritakan Neng, tapi gw dah ga sanggup lagi. Maaf. (mungkin lupa - kata tepat nya), karena lebih banyak nangisnya daripada denger cerita Neng.
Selebihnya, ngobrolin soal masakan. Well, smoga gw bisa dengan cepat belajar bikin Pavlova. Kue andalan. Atau, "Neng, pesen aja ma' Neng yah?" Hehehehe...
Mama brangkat ke Singapore Senin pagi kemaren. Gw tetep pesen dendeng balado untuk Inong, ngerasa berhutang aja kalo ga dikasihin. Paling tidak, gw akan kasih ke keluarga nya di Jakarta. Sms Neng, ngasih tau mau kasih dendeng balado "pesenan Inong", biar buat Zidan & Syifa aja. Ternyata, Neng sedang di airport, mengantar mas Haris, Zidan & Syifa (plus Ummi dan Nenek Priuk) ke Singapore. Yaaaa... ga sempet ketemu ma' Abang dan Kakak deh. Tapi dah janjian ma' Neng, mau antar ke Buaran.
Pas bedug Maghrib, sampai di depan rumah orang tua Inong. Ketemu Neng yang baru sekali ini ketemu. Sekalian numpang shalat. Saat shalat, gw tak kuasa menahan tangis. "Inong, ini dah gw bawain dendeng balado pesanan lo." (tuh kan.. gw nangis lagi). Sepanjang shalat menangis. Hiks... ntah kenapa, ngerasa diliatin Inong aja. Ahh.. itu cuma perasaan lo aja Mel.
Ngobrol ma' Neng. Seru juga, kami tertawa mengingat hal-hal lucu, tapi dipastikan langsung menangis kalo cerita beralih ke dua permata hati Bunda Inong itu. Menurut Indah, siang hari sebelum Inong koma, mreka (Neng dan Inong) masih asyik ber-sms ria. Kata Neng, Bunda itu bisa tiap 5 menit sms. Hal apapun yang Bunda liat, pasti di sms, "Duh Neng, Bunda ngeliat orang aneh banget deh." "Neng, Bunda barusan ngeliat orang pake cincin di 10 jari nya!" dan lain-lain, hehehe...
Lalu beberapa hari sebelum Inong meninggal, Inong "mewariskan" beberapa resep andalan ke Neng (Jadi buat yg mo pesen-pesen makanan, jangan khawatir, Neng tetep bisa membantu).
Gw juga menyampaikan keinginan para blogger, supaya blog nya ZidanSyifa tetap di apdet, begitu juga blog Dapur Bunda. Kata Neng, "ga sekarang kali yah mba. Nanti kalo udah agak berkurang kesedihannya." Iya Neng, kami ngerti kok.
Hal-hal yang bikin nih mata ga bisa berkompromi (baca: nangis terus) adalah ;
Suatu hari, Zidan tiba-tiba ngomong ke Ummi dan Neng, "Abang mau balik ke jaman dulu, dulu banget. Abang ga mau jaman sekarang. Pokoknya jaman dulu. Jaman masih ada Bunda." Dan dia keukeuh banget dengan keinginan nya itu. Sampai Ummi dan Neng kebingungan mengatasinya. Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....
Atau saat Zidan minta ayahnya untuk mutar film mreka, Zidan berkata, "Abang kangen ma' suara Bunda nih." lalu Syifa berkata, "Kakak kangen mo di cium Bunda." Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa lagi.
Masih banyak yang diceritakan Neng, tapi gw dah ga sanggup lagi. Maaf. (mungkin lupa - kata tepat nya), karena lebih banyak nangisnya daripada denger cerita Neng.
Selebihnya, ngobrolin soal masakan. Well, smoga gw bisa dengan cepat belajar bikin Pavlova. Kue andalan. Atau, "Neng, pesen aja ma' Neng yah?" Hehehehe...
Friday, September 08, 2006
Yoga
Sejak lama keinginan untuk aktif berolahraga tertunda, dan karena gw sudah jatuh cinta dengan Yoga, yang menurut gw, cocok buat gw yang tidak menyukai olahraga High Impact. Selasa kemaren, akhirnya... iya AKHIRNYA ... kesampaian juga ikut kelas Yoga lagi.
Dan wah... benar2 relaks. Smoga akan tetap rutin ber-Yoga-ria.
Dan wah... benar2 relaks. Smoga akan tetap rutin ber-Yoga-ria.
Monday, September 04, 2006
September 1996 - September 2006
September 1996 - September 2006
Ntah lah apa gw harus merasa bangga atau sedih, hehehehe... yang pasti udah 10 tahun di PT. Rama Perwira aka Grey, iya... iya ... 10 tahun. Alhamdulillah gw masih kerja, masih punya penghasilan dari Grey. :D
Kerja pertama kali di Grey, masih muda banget, baru 23 tahun saat itu. Hehehehe... dah langsung megang bigboss, dan ga pindah-pindah sampai tahun lalu pindah bagian. Tapi bukan berarti gw lepas urusan dengan bigboss ini. Buktinya, sampe hari ini, blio masih "ganggu" gw. Dengan kerjaan printilan nya itu. Ambil hikmah nya, dia masih percaya ma' gw. Hahahahaha...
10 Tahun kerja, dah banyak hal yang gw dapatkan di Grey ini. Yang pasti, gw dapat suami. Hahahahaha... iya suami. Dapetnya di kantor juga. Subhanallah.
Duh.. bingung mo nulis apalagi. Gw berharap smoga Grey menjadi lebih baik. Bigboss nya menjadi lebih pengertian ke karyawan, bisa menghargai karyawan, bisa mengerti karyawan, tidak sombong, menyadari bahwa tanpa karyawan dia bukan lah seorang boss.
(banyak kekurangannya gini, gw kok bisa sampe 10 tahun yaks?) Hehehehehe... bingung juga.
Ntah lah apa gw harus merasa bangga atau sedih, hehehehe... yang pasti udah 10 tahun di PT. Rama Perwira aka Grey, iya... iya ... 10 tahun. Alhamdulillah gw masih kerja, masih punya penghasilan dari Grey. :D
Kerja pertama kali di Grey, masih muda banget, baru 23 tahun saat itu. Hehehehe... dah langsung megang bigboss, dan ga pindah-pindah sampai tahun lalu pindah bagian. Tapi bukan berarti gw lepas urusan dengan bigboss ini. Buktinya, sampe hari ini, blio masih "ganggu" gw. Dengan kerjaan printilan nya itu. Ambil hikmah nya, dia masih percaya ma' gw. Hahahahaha...
10 Tahun kerja, dah banyak hal yang gw dapatkan di Grey ini. Yang pasti, gw dapat suami. Hahahahaha... iya suami. Dapetnya di kantor juga. Subhanallah.
Duh.. bingung mo nulis apalagi. Gw berharap smoga Grey menjadi lebih baik. Bigboss nya menjadi lebih pengertian ke karyawan, bisa menghargai karyawan, bisa mengerti karyawan, tidak sombong, menyadari bahwa tanpa karyawan dia bukan lah seorang boss.
(banyak kekurangannya gini, gw kok bisa sampe 10 tahun yaks?) Hehehehehe... bingung juga.
Allah sayang Inong
Allah Sayang Inong
Innalillahi wa'inna ilaihi roji'un. Jum'at pagi (1 September), perjalanan ke kantor gw dapat sms dari Rina, "Inong udah ga ada Mel." katanya. Ga percaya, karena semalam baca blog nya Hany, belum ada berita yang baru. Dibalasnya, tadi pagi Mel, jam 7 waktu Singapore. Gw langsung sms Luluk, menanyakan kepastian. Dan ternyata memang, Inong sudah tidak ada. Speechless. Air mata sudah menggantung di pelupuk mata.
Sampai kantor, ga ada keinginan lain, selain membuka blog nya Hany. Dan, ya Allah, Engkau Maha Mengetahui yang Terbaik untuk ummatMu. Tak ayal, air mata membanjiri pelupuk mata tanpa bisa dihentikan. Sesenggukan. Menatap layar monitor. Inong meninggal karena serangan jantung. Kenangan tentang Inong pun bermain-main di ingatan. Inong yang baik hati, ceria, yang tak henti menyuruh gw datang ke Singapore, "pokoknya kalo elo dateng ke singapore, lo nginep di tempat gw aja." Inong yang amat sangat menyayangi dan mengagumi kedua anaknya, Zidan & Syifa.
Ga akan ada lagi laporan mengenai polah Zidan dan Syifa yang menggemaskan, tidak ada lagi teman ngobrol (walaupun di Y!M), Nong masih banyak yang ingin gw tanyakan dan omongin ke elo. Masih banyak Nong.
Smoga Allah memberikan kesabaran dan ketabahan untuk mas Haris, Zidan & Syifa. Smoga mereka dilindungi Allah SWT.
Dan meninggalnya Inong ini memberikan hikmah buat gw, dan mungkin buat temen2 lain yang mengenal dan manyayangi Inong. Dan juga -TERNYATA- Inong mungkin sudah memiliki firasat, dari postingan di blog nya berjudul Terima kasih.
Terima kasih Inong sudah menjadi teman dekat, sahabat & saudara.
Innalillahi wa'inna ilaihi roji'un. Jum'at pagi (1 September), perjalanan ke kantor gw dapat sms dari Rina, "Inong udah ga ada Mel." katanya. Ga percaya, karena semalam baca blog nya Hany, belum ada berita yang baru. Dibalasnya, tadi pagi Mel, jam 7 waktu Singapore. Gw langsung sms Luluk, menanyakan kepastian. Dan ternyata memang, Inong sudah tidak ada. Speechless. Air mata sudah menggantung di pelupuk mata.
Sampai kantor, ga ada keinginan lain, selain membuka blog nya Hany. Dan, ya Allah, Engkau Maha Mengetahui yang Terbaik untuk ummatMu. Tak ayal, air mata membanjiri pelupuk mata tanpa bisa dihentikan. Sesenggukan. Menatap layar monitor. Inong meninggal karena serangan jantung. Kenangan tentang Inong pun bermain-main di ingatan. Inong yang baik hati, ceria, yang tak henti menyuruh gw datang ke Singapore, "pokoknya kalo elo dateng ke singapore, lo nginep di tempat gw aja." Inong yang amat sangat menyayangi dan mengagumi kedua anaknya, Zidan & Syifa.
Ga akan ada lagi laporan mengenai polah Zidan dan Syifa yang menggemaskan, tidak ada lagi teman ngobrol (walaupun di Y!M), Nong masih banyak yang ingin gw tanyakan dan omongin ke elo. Masih banyak Nong.
Smoga Allah memberikan kesabaran dan ketabahan untuk mas Haris, Zidan & Syifa. Smoga mereka dilindungi Allah SWT.
Dan meninggalnya Inong ini memberikan hikmah buat gw, dan mungkin buat temen2 lain yang mengenal dan manyayangi Inong. Dan juga -TERNYATA- Inong mungkin sudah memiliki firasat, dari postingan di blog nya berjudul Terima kasih.
Terima kasih Inong sudah menjadi teman dekat, sahabat & saudara.
Subscribe to:
Posts (Atom)