Suatu hari saya pernah membaca tulisan seorang teman mengenai Pernikahan. Dan saya salut dan langsung pengen kenalan dengan Mama nya teman saya ini. Tapi blom kejadian sih. Apa yang di tulis oleh teman saya itu, benar-benar mengena di hati.
Dan belum lama saya seperti diingatkan oleh tulisan tersebut, dan saya jadi ingin bercerita. Sepupu suami saya hendak menikah. Alhamdulillah. Dan tentu saja sang ibu menyambut gembira rencana pernikahan sang anak perempuan semata wayang nya ini. Calon nya kerja di ini lho, dekat dengan bapak presiden kita, bla bla bla ... tanggal belum ditentukan, tempat resepsi sudah ditentukan yaitu sebuah gedung megah yang biasa menjadi tempat resepsi pernikahan orang-orang berduit. Dengan alasan, hadiah dari Pakde calon mantu. Acara lamaran berjalan lancar, selesai acara segera ditunjuk team panitia untuk menyukseskan acara ini. Calon pengantin wanita nya? Duduk manis tanpa komentar apapun. Para sepupu yang sudah merasa pernah menikah, melontarkan saran-saran, masukan dan opini. Para sesepuh ikutan memberi suara. Ternyata, tempat memang sudah di pesan (oleh pakde calon pengantin pria), tapi belum ada yang survey mengenai rekanan catering, photographer, pelaminan, dll,dsb. Sang ibu berkata, pakai catering ini aja, makanannya enak dan harganya terjangkau. Para sepupu berkata, catering ini rekanan gedung ini ga? Biasanya kalo bukan rekanan akan kena surcharge 20%. Di bantu oleh buku panduan dari gedung, ternyata catering yang diinginkan tidak termasuk dalam daftar rekanan gedung. En zo fort... (saya ga terlalu menyimak, karena sibuk ngurusin Nasta).
Beberapa hari kemudian, ada desas desus.. catering di gedung ini minimal 50ribu per orang dengan minimum undangan 1800 orang. Suami saya berteriak, "Gila!! Gw mah mikir-mikir deh!!" Tapi ternyata, harga per porsi nya bukan segitu, melainkan minimal Rp. 150.000 per orang! Dannn.... suami saya tambah menjerit. GILA!!! Lalu pihak keluarga langsung minta dicarikan gedung lain, karena tidak sanggup dengan harga catering dan jumlah quota orang yang diwajibkan oleh gedung ini. Ya iya lah... mubazir banget kalo sampe kejadian.. (itu menurut saya lho). Dan yang tersedia untuk tanggal pernikahan yang diinginkan tinggal gedung ini, gedung yang dulunya pernah menjadi idola para calon pengantin. Disebelah Gedung MPR - DPR.
Lucu dan aneh nya, seperti nya calon pengantin wanita tidak merasa "terlibat" lebih jauh dengan acara pernikahan dia, karena gedung bukan dia yang mencari, tapi suami saya yang sepupu nya dia. Yang ribut mengenai KUA juga para sepupu nya, KUA udah di urus belom? Ijin numpang nikah, dll,dsb,dst. Dan saat itu calon pengantin pria hanya berkata, "Lho, itu bukannya sehari dua hari selesai yah?" Alamakkkk..... lo kira yang jadi penghulu bapak lo ndiri apa?? Biar nyaho aja kalo ternyata penghulu kagak ada yang bisa sesuai rencana jam pernikahan!. Eitsss... sabar... dia kan belum pernah menikah, jadi tidak tahu prosedur nya. Hhmm... baik lah.
Rapat keluarga lagi. Eits.. mana calon pengantin wanita nya?? Ini sebenarnya kita mau ngerapatin kawinan siapa sih? Yang punya hajat aja kagak ada!! Geram sekali rasanya. Ga menghargai banget sih para tante-tante dan sepupu-sepupu yang udah ngorbanin waktu weekend nya hanya untuk bantuin tante (sang ibu CPW) tercinta biar dia tidak merasa kerja sendiri. Note: most of all niat bantu tante, bukan bantuin sepupu saya itu!!! Saya dan salah seorang sepupu ngobrol, "kayanya gw waktu mo nikah itu semua ngurus sendiri deh. Cari gedung, cari catering, ngedatangin catering untuk test food, cari pelaminan, jadi pada saat rapat keluarga hal-hal tersebut sudah rapih. Tinggal menyerahkan ke panitia, supaya kita ga repot lagi di hari H nya." Pfuih..... Ini mah.... Astaghfirullah ...
Lalu dengan muka iseng saya berkata ke sepupu yang lain, "tanyain sekalian dong, malam pertama perlu bantuan kita-kita juga ga?" hihihihihihihihihi.....
Sigh.... cerita sepupu saya ini menjadikan perjalanan pergi dan pulang kantor menjadi penuh warna, karena di mobil saya dan ipar-ipar saya jadi sibuk mengomentari soal tingkah laku dia. "kaya di paksa aja sih nikahnya," itu salah satu dari sekian banyak komentar kami, para sepupu nya.
Aaahhhh.... ribet bener sih?? Kenapa sih yang musti diributkan itu justru acara sebelum pernikahan nya??? Kan masih banyak hal-hal lain yang nantinya akan dihadapi oleh calon pengantin kelak. Jadi benar kata mama teman saya ini ditulisannya. "Tante, kenalan dong. saya kagum deh ma' tante."
Sabtu lalu saya menghadiri syukuran pernikahan teman. Siang hari. Ternyata sebelum brangkat saya cek lagi di undangan, "Hah?? Bang, acaranya dari jam 10 - 12 lho!" HHm... berarti selesai akad nikah langsung syukuran, tanpa jeda seperti layaknya pasangan lain (seperti saya juga). Dan saya langsung berkomentar, wah.. enak banget yah? Acara di mesjid, selesai akad langsung ramai-ramai, simple, dan pastinya irit tuh. Hhmm... berbanding terbalik dengan sepupu saya itu, yang gosipnya, baju pengantin nya seharga 15 juta rupiah saja. Wakssssss!!!!!
Saya tidak sepandai teman saya dalam merangkai kata, tapi 100% setuju dengan tulisannya. Dan mengharapkan hal yang sama, jika suatu hari nanti ada kesempatan menikahkan anak-anak saya, atau keponakan-keponakan saya, smoga saya tidak menjadi tante atau ibu yang ikutan heboh dalam mempersiapkan pesta anak dan kemenakan saya. Tapi Insyaa Allah, bisa mempersiapkan batin mereka untuk menghadapi hidup baru mereka kelak.
No comments:
Post a Comment