Rumah Pertama
Alhamdulillah, akhirnya rumah pertama kami jadi juga. Well, maksudnya sih udah serah terima kunci, tapi masih jauh dari ideal untuk ditempati.
Dari developer kami dapat jatah 90 hari untuk complaint kondisi rumah, untuk semua hal. Hhmm... kalo yang basic dan kasat mata sih bisa langsung keliatan, tapi kalo kebocoran pipa, dll,dsb bagaimana? Karena kami kan tidak langsung menempati rumah ini.
Hari pertama setelah serah terima kunci, saya dan abang sudah menemukan beberapa hal untuk diperbaiki. Tapi tunggu deh sampai minggu depan, waktu kami pun lebih santai. Dan Minggu kemaren kami kesana lagi pas saat hujan mengguyur Cibubur dan sekitarnya. hasilnya? Ini dia beberapa "keluhan" kami yang siap ditujukan ke developer.
- Plafon dan dinding dapur rembes karena hujan
- keramik kamar belakang ada yang cacat (bocel)
- Cat dekat stop kontak belum rapi
- Plafon dapur bergelombang
- Air mengalir dari salah satu keran di kamar mandi (ntah itu air hujan atau apa)
- List jendela ruang tamu tidak rapi (baik cat maupun kayu nya)
- Dinding ruang tamu (pojokan) ada yg retak
- Kayu jendela ruang tamu ada yg keropos
- Genteng depan rumah pecah
- Kaca semua jendela masih belepotan cat
- tembok-tembok dekat pintu (hampir semua pintu) terlihat tidak padat. Baca : seperti keropos.
Lalu hal-hal lain seperti :
- handle pintu, keran air dan lampu (bohlam) kapan mulai di pasang?
- tanah belakang masih berantakan
Jadi bingung kan? Apakah memang kondisi nya seperti ini atau seharusnya serah terima saat benar-benar rapih kan?
Sempet sih dikasih tau temen, jangan terima dulu kunci rumah nya, sampe kondisi rumah benar2 terlihat "rapi". Well, terlanjur juga kan?
Lagipula kami pun blm bisa "membangun" rumah mungil itu sebelum masa 90 hari dari developer terlewati. Lah kapan kami bisa mbangun kamar asisten dong?
Sebenernya dilema juga bagi kami sekeluarga.. pengen nya sih langsung menempati rumah pertama kami, apapun kondisi nya. Sempat juga terlintas, "kita tempati rumah paling tidak, isi kamar sudah cukup lengkap dan sudah mbangun kamar tidur asisten." Tapi lagi-lagi seorang teman memberi nasehat, "kalo nunggu komplit, lo ga akan pindah-pindah!!" Intinya, seadanya aja. Kalo emang blm bisa bangun kamar PRT, mreka kan bisa tidur di kamar yg buat Nasta. Sedangkan Nasta tetap sekamar dgn kami. Hhmm... betul juga sih. Abang sempet "goyah" juga.. goyah dalam arti, setuju dgn usul teman saya itu. Karena memang kalo harus nunggu mbangun kamar PRT, akan membutuhkan waktu yg lebih lama lagi.
Di satu sisi, sy mengerti sekali kekhawatiran abang untuk nekat pindah.. pertama, sy kan baru punya bayi.. kondisi rumah blm terlalu nyaman, jauh dari orang tua.. kekhawatiran yang wajar. Kalau saya punya pikiran yg lain lagi, niat nya pengen buru2 pindah bukan karena ada masalah atau apa, tapi lebih ke .. mumpung masih cuti melahirkan nih, jadi sy punya banyak waktu di rumah dan memperhatikan keadaan sekitar. Insyaa Allah lebih tau bagaimana tetangga-tetangga kami nanti nya. Intinya, Bismillah aja.
Tapi sekali lagi kami punya sedikit hambatan, abang berhenti dari kerjaannya. Dan pastinya akan mengganggu cash flow kami. Tadi pagi abang menyampaikan pesan dari mama, "disarankan pindah rumah nya nunggu kalo abang sudah ada penghasilan yang pasti."
Akhirnya saya memilih untuk lebih realistis dalam menghadapi hidup ini. Segala sesuatu itu kan sudah di atur Allah SWT. Dia lah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk ummat Nya. Jadi kalo emang sudah waktu nya sy pindah dlm waktu dekat, Insyaa Allah dimudahkan olehNya. Jika tidak pun, berarti memang kami harus lebih lama tinggal di Pondok Mertua Indah. Tapi dengan harapan, "Smoga tidak lama-lama." Karena sy pengen juga secepatnya menempati rumah pertama kami.
Well, mungkin byk yg heran yah kenapa sy menyebutkan rumah pertama, daripada rumah baru kami? Hehehe... ini disebabkan, sy punya keyakinan bahwa suatu hari nanti sy akan punya "rumah-rumah" lain. Amiiinnnn...
No comments:
Post a Comment