Dari awal mendekati Ramadhan, saya sudah meminta Nasta untuk belajar puasa. Paling tidak belajar ikutan bangun sahur (minimal banget deh). Tapi karena kondisi kesehatan jualah, sampai hari ini Nasta belum belajar puasa.
Nasta itu kan susah sekali di suruh minum air putih. Padahal kalo lagi batuk, salah satu obat yang paling andal adalah minum air putih sebanyak-banyaknya. Jadi pada Jum'at malam, saya bilang, "Kakak besok jadi mau puasa?" Dengan cepat dia menjawab, "Aku kan lagi batuk Bu. Kalo abis batuk, aku kan harus minum air putih yang banyak. Kalo puasa, gimana minumnya?" Hhmm... ngeles tingkat tinggi nih. Baiklah, karena alasannya memang benar, Ibu tidak memaksa.
Dan memang setelah ke dokter dan dibantu obat pengencer dahak, kalo batuk dia pasti akan muntah untuk mengeluarkan reak nya itu.
Senin, hari pertama sekolah, ulangan harian pula. Sebenarnya kalo ga ulangan, Ibu mau nya Nasta ga usah sekolah dulu. Tapi anak nya juga ga mau ketinggalan ulangan. Dan ternyata sakit nya Nasta masih cukup parah, karena setelah ulangan dia dititipkan ke ruangan UKS. Dan Ibu di telpon supaya ada yang menjemput Nasta. Kasian anak Ibu.
Selasa, masih batuk. Masih belum mau puasa, padahal katanya teman-teman sekolah udah banyak yang sekolah. Tapi Nasta sudah meminta supaya botol minumannya di taro di dalam tas. MALU, katanya. Hihihihi...
Rabu, masih batuk. Tapi sudah jauh lebih baik. Ibu sudah menawarkan Nasta mau puasa atau tidak. Dengan keringanan, sarapan pengganti sahur. Selama di sekolah sampai pulang tetap puasa. Sampai rumah makan siang, minum obat, lanjut puasa lagi sampai magrib.
Dan komentar Nasta, "Bu, laper dong nanti?"
Ya iyalah Nak, namanya juga puasa.
No comments:
Post a Comment