Alhamdulillah nasta nara senang tinggal di cibubur, malah sejak pindah sudah langsung punya banyak teman. Kebetulan banyak teman sebaya di satu jalan rumah kami itu. Samping rumah persis ada Fia dan Nadia, Fia seumuran Nara sedangkan Nadia sekitar 1.5 thn. Kalo nasta ada Vincent, kelas 1 SD. Dan masih banyak lagi yg lain. Akibat dari seminggu pertama main di luar terus tiap sore, Nasta Nara langsung sakit. Maklum, tidak terbiasa kena angin sore. Duh.. kasihan banget anak-anak saya yah? Dan namanya juga anak, kalo mendengar suara teman-temannya main di luar, mana bisa di larang untuk tidak main sih?
Tapi insyaa Allah mereka bisa jadi lebih kuat. Amiin.
Ada kejadian lucu, sepulang kerja seperti biasa saya menanyakan kegiatan mereka. Nasta pun bercerita seru, main sepeda dengan Vincent. ”Aku lebih senang main dengan boys Bu daripada girls. Bu, tadi sendal ku dan Vincent pacaran.” ”Hah?? Maksudnya apa kak?” tanyaku geli dan heran. ”Iya bu, sendal ku dan sendal nya vincent deketan, kaya ciuman gitu.” hihihihi... speechless deh ibu nya.
Lain kali nasta bilang ke Vincent, ”aku kan pacar kamu!” hah? Mampus ga tuh? Trus Vincent nya bilang, ”aku udah punya pacar di sekolah” alamak... do they know what pacar is? Hihihi… geli banget deh dengar obrolan mereka itu.
Sejak nasta sekolah, kesempatan bermain hanya beberapa jam saja. Karena Nasta selalu tidur di atas jam 4 sore. Sedangkan vincent sudah ”njemput” jam 5an. Nasta blom bangun. Kadang ga sempat main. Sampai akhirnya, vincent main ke tempat lain. Dan nasta?? Ya main ke tempat Fariz, teman sekelas nya yang rumah nya tidak jauh juga dari rumah kami.
Nara? Dia jatuh cinta dengan Nadia :D karena setiap saat dia panggil nama Nadia. Padahal yang seumuran dengan dia yah kakak nya Nadia yakni Fia.
A mother of two beloved daughters, Nasta and Nara. A lovely wife for my lovely hubby.
Sunday, August 10, 2008
Berita Bahagia
Setiap orang punya caranya sendiri untuk memproklamirkan berita bahagia. Baik berupa rencana perkawinan sampai penantian anak pertama or kedua or seterusnya. Apapun bentuknya, berita bahagia lah intinya.
Contoh: seorang teman menutup rapat rencana pernikahannya sampai undangan siap diedarkan. Hah?? maksud lo!! Ga ngomong-ngomong gitu punya rencana. Paling tidak kan bisa bantu doa or bantu cari-cari apa kek. Tapi ya sudah lah, dia pasti punya alasan tidak membicarakan berita bahagia ini secepat mungkin. Takut ga jadi kali yah? hihihi...
Jauh sekali dengan saya, selesai di lamar, hampir seluruh dunia akan tahu bulan pernikahan saya. Hahahah... padahal masih jauh sekali dari tanggal pernikahan. Sampai saya ingat, lebih dari 5 teman ”menyalip” diantara jadwal tunggu saya itu. Hhmm...
Contoh lagi : ada teman yang langsung menceritakan bahwa dia hamil setelah dia cek kehamilan. ”duh.. tapi gw blom cek ke dokter sih, insyaa allah jadi yah. Doain yah mba!”. Atau ada juga yang tidak memberitahu sampai usia kehamilan 3 bulan lebih dengan alasan, ”takut ada apa-apa. Ntar daripada kecewa mendingan nunggu 3 bulan lebih baru ngasih tau orang-orang” hhhmm... masuk akal. Atau ada juga yang menjelang kehamilan 7 bulan blom mau menceritakan kehamilannya pada siapapun (tidak termasuk keluarga lho) dengan alasan, biar surprise aja.
Kalau saya, tentu saja termasuk tipe teman pertama. Ntah lah, apa karena saya bukan orang pintar menyimpan rahasia atau terlalu exciting. Lagipula berita bahagia selayaknya disebarluaskan, syukur2 smakin banyak yang mendoakan insyaa Allah jadi smakin baik. Amiiin.
Contoh: seorang teman menutup rapat rencana pernikahannya sampai undangan siap diedarkan. Hah?? maksud lo!! Ga ngomong-ngomong gitu punya rencana. Paling tidak kan bisa bantu doa or bantu cari-cari apa kek. Tapi ya sudah lah, dia pasti punya alasan tidak membicarakan berita bahagia ini secepat mungkin. Takut ga jadi kali yah? hihihi...
Jauh sekali dengan saya, selesai di lamar, hampir seluruh dunia akan tahu bulan pernikahan saya. Hahahah... padahal masih jauh sekali dari tanggal pernikahan. Sampai saya ingat, lebih dari 5 teman ”menyalip” diantara jadwal tunggu saya itu. Hhmm...
Contoh lagi : ada teman yang langsung menceritakan bahwa dia hamil setelah dia cek kehamilan. ”duh.. tapi gw blom cek ke dokter sih, insyaa allah jadi yah. Doain yah mba!”. Atau ada juga yang tidak memberitahu sampai usia kehamilan 3 bulan lebih dengan alasan, ”takut ada apa-apa. Ntar daripada kecewa mendingan nunggu 3 bulan lebih baru ngasih tau orang-orang” hhhmm... masuk akal. Atau ada juga yang menjelang kehamilan 7 bulan blom mau menceritakan kehamilannya pada siapapun (tidak termasuk keluarga lho) dengan alasan, biar surprise aja.
Kalau saya, tentu saja termasuk tipe teman pertama. Ntah lah, apa karena saya bukan orang pintar menyimpan rahasia atau terlalu exciting. Lagipula berita bahagia selayaknya disebarluaskan, syukur2 smakin banyak yang mendoakan insyaa Allah jadi smakin baik. Amiiin.
Pekerjaan yang (sebaiknya) dihindari
Pada saat Nasta dan Nara besar nanti, aku akan memberitahu mereka pekerjaan yang sebaiknya mereka hindari, yakni dibidang Human Resources! Sebisa mungkin jangan sampai mereka kerja jadi HRD atau sejenisnya.
Kenapa?? Belasan tahun aku kerja dan berkawan cukup dekat dengan bagian HRD, dan mengetahui banget bahwa pekerjaan mereka tidak lain tidak bukan hanyalah ”pelindung” management. Mengatasnamakan perusahaan, tapi seringkali menguntungkan perusahaan. Mengatasnamakan peraturan Depnaker, tapi tetap aja yang diikutin adalah peraturan yang menguntungkan perusahaan kan? Seperti sudah lebih dari 3 tahun lalu, peraturan depnaker yang mengijinkan karyawan wanita untuk cuti selama 2 hari selama mereka menstruasi, dihilangkan. Memang sih, banyak yang ambil keuntungan dari cuti mens ini. Kan 1 dari 20 orang yang mengalami masalah saat menstruasi, sisanya? Yah hanya ambil jatah cuti aja. :D mungkin itu alasan cuti mens dihilangkan. Well, tidak 100% dihilangkan sih, boleh ambil cuti mens dengan catatan : HARUS ADA SURAT DOKTER! Hehehe..
Biasanya pekerjaan HRD harus pintar menjaga rahasia perusahaan. Ya iya lah!! Disaat genting, krisis, dimana pimpinan perusahaan memutuskan untuk mengurangi ”beban kapal”, HRD lah yang pusing tujuh keliling. Mengikuti peraturan depnaker, mengatur jatah pesangon, dan harus menghadapi satu persatu terdakwa yang mau tak mau harus dikeluarkan itu. Blom lagi peraturan lain yang sudah selayaknya dipatuhi, tapi karena satu dan lain, banyak yang menyalahkan HRD karena tidak ”mengerti karyawan”. Contoh kasus, karena sering dan selalu terjadi di kantor ku. Karyawan datang telat, di tegur, di kasih sanksi. Tapi kalo karyawan lembur dan tidak dapat fasilitas lembur (hanya beberapa golongan yang dapat jatah uang lembur), tidak dapat apa-apa. Dilema kan? Belum lagi kalo karyawan tidak masuk kantor dan tidak ada surat dokter, mau tak mau kena potong cuti atau potong gaji. Tapi karyawan lembur di hari Sabtu dan Minggu, tidak dapat kompensasi apa-apa.
Kesannya HRD tidak manusiawi dan flexible kan? Padahal kunci utama kebijakan HRD kan di pimpinan perusahaan juga. Kalo memang pemimpin menyetujui flexibilitas, tentunya HRD akan manut. Susahnya lagi, kalo ada flexibilitas macam ini, karyawan supporting (finance, administrasi, general affair) tentu menuntut hal yang sama kan? Wong sama-sama cari duit buat kantor kok.
Hah.. susah nya.. untuk aku bukan di HRD. No wonder HRD kantor gw sering bermuka jutek.. hihihi... pusing dia.. dari bawah di dorong-dorong, dari atasan di tekan-tekan ... cape deh...
Kenapa?? Belasan tahun aku kerja dan berkawan cukup dekat dengan bagian HRD, dan mengetahui banget bahwa pekerjaan mereka tidak lain tidak bukan hanyalah ”pelindung” management. Mengatasnamakan perusahaan, tapi seringkali menguntungkan perusahaan. Mengatasnamakan peraturan Depnaker, tapi tetap aja yang diikutin adalah peraturan yang menguntungkan perusahaan kan? Seperti sudah lebih dari 3 tahun lalu, peraturan depnaker yang mengijinkan karyawan wanita untuk cuti selama 2 hari selama mereka menstruasi, dihilangkan. Memang sih, banyak yang ambil keuntungan dari cuti mens ini. Kan 1 dari 20 orang yang mengalami masalah saat menstruasi, sisanya? Yah hanya ambil jatah cuti aja. :D mungkin itu alasan cuti mens dihilangkan. Well, tidak 100% dihilangkan sih, boleh ambil cuti mens dengan catatan : HARUS ADA SURAT DOKTER! Hehehe..
Biasanya pekerjaan HRD harus pintar menjaga rahasia perusahaan. Ya iya lah!! Disaat genting, krisis, dimana pimpinan perusahaan memutuskan untuk mengurangi ”beban kapal”, HRD lah yang pusing tujuh keliling. Mengikuti peraturan depnaker, mengatur jatah pesangon, dan harus menghadapi satu persatu terdakwa yang mau tak mau harus dikeluarkan itu. Blom lagi peraturan lain yang sudah selayaknya dipatuhi, tapi karena satu dan lain, banyak yang menyalahkan HRD karena tidak ”mengerti karyawan”. Contoh kasus, karena sering dan selalu terjadi di kantor ku. Karyawan datang telat, di tegur, di kasih sanksi. Tapi kalo karyawan lembur dan tidak dapat fasilitas lembur (hanya beberapa golongan yang dapat jatah uang lembur), tidak dapat apa-apa. Dilema kan? Belum lagi kalo karyawan tidak masuk kantor dan tidak ada surat dokter, mau tak mau kena potong cuti atau potong gaji. Tapi karyawan lembur di hari Sabtu dan Minggu, tidak dapat kompensasi apa-apa.
Kesannya HRD tidak manusiawi dan flexible kan? Padahal kunci utama kebijakan HRD kan di pimpinan perusahaan juga. Kalo memang pemimpin menyetujui flexibilitas, tentunya HRD akan manut. Susahnya lagi, kalo ada flexibilitas macam ini, karyawan supporting (finance, administrasi, general affair) tentu menuntut hal yang sama kan? Wong sama-sama cari duit buat kantor kok.
Hah.. susah nya.. untuk aku bukan di HRD. No wonder HRD kantor gw sering bermuka jutek.. hihihi... pusing dia.. dari bawah di dorong-dorong, dari atasan di tekan-tekan ... cape deh...
Subscribe to:
Posts (Atom)