photo dirumah-nurina-merah-468.gif

Wednesday, January 31, 2007

Nara - 1st B'day

28 Januari 2006

Resepsi pernikahan Windy, spupu saya. Perut sudah membuncit, menunggu hari. Tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali duduk manis. Ah.. cape banget sih. Ini perut kenapa mengencang terus, seperti mengajak saya untuk tidak banyak bergerak. Pfuih...
Di pesta ini saya sebagai sepupu benar-benar hanya bertindak sebagai tamu. Tidak membantu. Sedih sebenarnya. Karena ini pernikahan sepupu perempuan, anak Mama (adik Ibu yang saya panggil mama). Maaf yah.
Siang nya saya ada jadwal kontrol, sudah seminggu sekali. Perkiraan dokter Krisna, Insyaa Allah saya operasi caesar (karena plasenta previa) pertengahan Februari. Tapi melihat saya yang sudah kepayahan, dan sering banget perut mengencang, dokter bilang bisa dimajukan. "Tanggal 8 Februari aja deh bu. Tapi kalo sebelum tanggal 8 udah sering kontraksi dan udah kesusahan, ibu langsung datang aja ke rumah sakit dan langsung ke ruang bersalin yah." Baik lah dok....

Minggu 29 Jan, ada arisan keluarga Padang di rumah Ibu. Oh, iya sebelumnya saya udah minta surat istirahat ke dokter, karena hari Senin tgl 30 itu - HARPITNAS - (HAri kejePIT NASional). Saat acara pun, saya sudah tidak sanggup banyak gerak. Jalan dikit, perut mengencang. Udah kepayahan. Pfuih...
Malamnya udara panas bikin saya semakin merasa tidak nyaman. Nasta pun gelisah, karena kami baru pindah kamar. Kamar kami ditempati oleh adik saya yang juga baru melahirkan. Alhasil, terbiasa dengan kamar ber-AC, kami semua merasa tidak nyaman. Saya jadi gelisah, sesak nafas. Nasta mau nya tidur di ruang tamu. Mungkin lebih dingin di situ, tapi banyak nyamuk!

Senin, 30 Jan. "Bang, anterin ke dokter deh. Kok cape banget nih, dan semalam sesak nafas terus." Udah kepikiran kalo akan melahirkan di hari yang sama, tapi saya masih berpikir, ah.. paling nanti di suruh istirahat dulu. Buku kontrol ada di Depok, begitupun persiapan persalinan. OK, minta tolong Uni Anis bawain buku nya, janjian di RSB Asih. Sampe sana jam 10.30. Tapi blom bisa langsung masuk, karena nunggu buku kontrol nya dulu. Begitu Uni dateng, saya langsung masuk Ruang Bersalin. Karena suster siaga ada di situ. Cek tensi, cek kontraksi, dll,dsb. Alhamdulillah nya dokter Krisna hari Senin memang pas praktek. Suster jaga tanya dokter, dan.. "Bu, Pak, dokter Krisna bilang operasi jam 12. Karena sudah kontraksi terus." WHATTTTTT.... Gila.. masuk ruang bersalin jam 11, langsung mau operasi jam 12. Saya pikir, kalo pun operasi hari ini juga, akan dilakukan jam 2 atau 3 sore. Tidak langsung seperti sekarang. Entah lah, apa karena ini anak kedua, jadi baik saya dan suami bisa lebih tenang. OK lah. Para suster pun mulai lagi mengerubungi saya untuk ambil darah, cukur bulu %^#$%^& :D, dll, dsb. Ga lama dokter anastesi datang memperkenalkan diri. Saya berharap bisa menyaksikan jalannya operasi, seperti persalinan Nasta dulu.

Masuk ruang operasi, Bismillahirrohmannirrohiim.
Setelah di bius, aduh.. kenapa mata ini beraaaaaaaaatt sekali? Sesekali dokter anastesi mencoba membangunkan saya, "Bu bangun bu." Tapi saya benar-benar tidak sanggup untuk membuka mata. Sesekali sadar, tapi tidak lama. Saya mendengar dokter Krisna mengatakan, "Bu, anak nya perempuan. Gendut banget." Dan memang saya melihat sesosok bayi mungil yang putih dan montok. Lalu tidur lagi. Dibangunkan lagi saat bayi saya sudah dimandikan, dan saya di suruh mencium bayi saya. "Cium lagi nih bu, tadi kan udah. Sekarang udah bersih dan wangi." Itu kata dokter anastesi. Sambil bertanya dalam hati, 'kapan saya cium?'

Saya baru benar-benar sadar saat sudah dipindahkan dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Suami datang untuk mengucapkan selamat. Ah.. senang nya.. anak kedua kami sudah lahir. Dan jauh sebelum kelahiran anak kedua kami, saya sudah menemukan nama cantik untuk dia - PUTI NARA MARTEEZA. Puti adalah gelar untuk orang Minang, seperti Raden untuk orang Jawa. Nara berarti ORANG dalam bahasa Indonesia, sedangkan dalam contekan lain, Nara berarti BAHAGIA. Ah.. smoga dia memang selalu bahagia. MARTEEZA / MARTIZA berarti yang diberkahi Illahi (amiennn...)

Tak terasa, setahun telah berlalu, dan tanggal 30 Januari 2007 ini Nara sudah genap 1 tahun. Alhamdulillah.

Alhamdulillah juga, setahun Nara ini, dia tidak pernah merasakan obat antibiotik. Ke dokter hanya untuk imunisasi. Alhamdulillah, Nara dapat ASI Exclusive, walaupun di umur 8 bulan sudah tidak minum ASI lagi.

Ya Allah, smoga Nara & Nasta selalu diberi kesehatan. Dan smoga kami, orang tuanya, bisa menjadi orang tua yang baik dan menjadi panutan bagi anak-anak kami. Amiiiiiinnn.

(foto nara nyusul yah

Tuesday, January 09, 2007

Ibu cantik, tapi....

Pernah ga kamu di puji setinggi langit, tapi abis itu "dibanting" sampai hampir gepeng rasanya... mungkin pernah kali yah.. atau malah sering? hihihihi.... Tapi pernah ga yang muji dan "banting" kamu itu adalah anak kamu sendiri?? Saya pernah .. tadi pagi.. dan smoga cukup sekali ini saja.

Tadi pagi saya berniat pake baju yang sudah saya beli hampir beberapa bulan lalu, tapi blom pernah saya pakai. Karena jujur aja, baju tersebut masih .... ssstttt... kesempitan.hehehehe.... :D
Nah, merasa sudah agak sedikit berkurang lemak di badan, saya nekat deh pake baju itu. Pas kok, ga terlalu "meleketet" (duh.. bahasa ini, tau kan artinya.. itu deh.. pas banget lah). Lalu datang lah Nasta yang sudah menggunakan seragam sekolah nya, dan langsung memberikan komentar.

Ata : "Ibu cantik."
Ibu : "Makasih sayang"
Ata : "tapi bu, baju nya kesempitan yah?"
Ibu : glek... terdiam... speechless...
"Kenapa Ta? Emang keliatan kesempitan yah?"
Ata : "Iya"
Ibu : "Ya udah, ibu ganti baju lagi deh."

Maka saya pun ganti baju yang sudah biasa saya pakai.

Ata "Iya bu, pake baju itu aja. Nanti ibu malu lho ma' temen-temen ibu. Pake baju kesempitan."

Ibu : Speechless... nyaris pingsan

Sepertinya anak saya yang paling tua ini memang amat sangat perduli dengan bobot tubuh ibu nya, yang tidak kunjung berkurang.

Sudah cukup sering saya mendapat kritikan, baik secara halus maupun frontal. Coba simak aja di blog nya Nasta.

Thursday, January 04, 2007

Rule # 1: Jangan menelpon saat menyetir mobil

Jika rule #1 itu dilanggar, kejadian deh apa yang disebut dengan kecelakaan. Merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain.

Kemaren sore, persis di depan gerbang Gedung Tetra Pak - Philips, mobil yang saya tumpangi di tabrak dari depan. Mobil Suzuki APV abu-abu mundur tanpa melihat mobil Suzuki APV hitam milik keluarga saya. "Emang ga di klakson?", mungkin ada yg bertanya. "Pasti sudah." Dan ternyata pengemudi nya seorang wanita dan sedang asyik menelpon. Grrrgggggghhh.....

Supir turun. Dari dalam mobil saya melihat, wanita ini seperti menyalahkan supir saya. Lalu wanita itu bicara dengan mama saya, "Maaf saya lagi telpon. Ga lihat ada mobil di belakang." Mama saya hanya berkomentar, "Trus urusannya gimana?" Mengingat mobil kami tidak diasuransikan, dan jelas-jelas ini salah wanita itu. Saya ikut turun untuk melihat seberapa berat kerusakan mobil kami. Hmm.... cukup penyok. Padahal ga kenceng lho nabraknya. Hehehe... maklum aja, mobil kaleng kerupuk. Di teken dikit aja juga penyok kok.

Wanita itu cukup sportif kok, dia berjanji akan mengganti biaya kerusakan. Maka saya minta kartu namanya. Tapi yang bikin saya tertawa, she's very defensive. Human lah. Berusaha mencari-cari alasan supaya tidak terlihat terlalu bersalah.

Ini lho yang dia sempat utarakan ke supir saya:
- "Bapak kan seharusnya liat saya lagi telpon. Dan itu telpon penting sekali dari distributor."
** saya dalam hati, "emang gw pikirin. Lo dapet telpon dari president pun gw ga perduli."
- "Bapak kan seharusnya liat saya mundur, mobil saya mentok."
** saya dalam hati, "eh mba, jaraknya ada kali 2 meteran. dan udah di klakson. lagian lo mundur emang ga liat mobil di belakang? ga liat spion?
- "Mobil saya kan ga power steering."
** saya dalam hati, "ga ada yang tau kaleee.... ga ada tulisannya juga di badan mobil."

Sayangnya ucapan saya hanya benar-benar saya katakan di dalam hati. Percuma juga lah. Yang penting dia udah mau bertanggung jawab. Tunggu aja kalo saya kirim kwitansi perbaikan mobil, apakah dia akan langsung bayar?

Yang penting lagi, banyak saksi mata yang menyaksikan bahwa wanita ini memang SALAH. Bahkan seorang satpam gedung pun sempat berkata, "wah.. kalo dia emang ngaco nyetir ya mba."

Jadi saya ingatkan sekali lagi ke para pengemudi, JANGAN PERNAH MENELPON SAMBIL MENYETIR. BERBAHAYA.

Untung saya blom bisa nyetir, jadi ga apa dong menelpon di dalam mobil.