Suatu hari saya blogwalking ke rumah mba' Lita. Subhanallah, smoga saya bisa mendidik anak-anak saya menyerupai mba' Lita ini. Anak-anak nya lelaki semua, tiga orang. Dan Subhanallah, kalo dari cerita yang mba' Lita tuturkan, anak-anak blio, santun dan cerdas smua. Di tambah, rajin beribadah. Memang ga salah penilaian orang-orang, anak bajingan - lihat lah orang tua nya. Anak santun - lihat lah orang tua nya.
Mungkin selain karena takut ma' Tuhan (ciee...), alasan saya waktu remaja tidak berbuat "tercela" adalah wejangan ibu saya. Blio wanti-wanti bilang, "Jangan pernah bikin malu ibu dan bapak." Hehehe.. jadi apapun tindakan dan perilaku saya, baik yang akan maupun sudah dilakukan, saya harus berpikir - apakah akan bikin malu orang tua? Alhamdulillah, sampai saya menikah, saya merasa tidak pernah bikin malu orang tua. Kalo bikin susah? Wallahualam. Pasti pernah lah... hehehehe... pulang malem, dugem, pergi diving, dan lain lain. Yah... namanya juga anak.
Masalah rumah tangga orang lain, sedikit banyak pastinya membuat kita belajar juga kan? Terlalu sayang dan sibuk meladeni anak-anak, tanpa menghiraukan suami, that's a big MISTAKE. Suami selingkuh, sebaiknya para istri introspeksi diri juga. Apa yang salah dengan diri kita. Kalo kita merasa sudah bertingkah laku dan melakukan tugas -keistrian- kita dengan baik, tapi suami masih selingkuh... SUAMI NYA EMANG KEGATELAN. Istri cantik, baik hati, penuh perhatian tapi suami masih selingkuh? Itu naluri lelaki. Gila! Enak banget jadi lelaki yah?
Atau cerita lain, seorang ibu yang sampai usia tua nya, masih harus "bertanggung jawab" terhadap anak-anaknya. Sampai (kesannya) rela dimanfaatkan oleh anak-anaknya. Itu salah siapa yah? Kebiasaan meladeni anak-anak sampai akhirnya mreka dewasa pun kebiasaan diladeni? Ah... saya ga mau seperti itu.
Gambaran ideal kehidupan saya di masa tua adalah, setelah berhasil mendidik anak-anak supaya mereka mandiri. Saya akan menikmati masa tua saya bersama suami. Berdua saja. Liburan ke tempat-tempat yang belum atau sudah -dan meninggalkan kenangan- pernah kami kunjungi. Tidak tergantung kepada anak, pun sebaliknya. Tapi jangan salah, hubungan kami tetap terjalin dengan mesra. Anak-anak menikah dan punya kehidupan sendiri. Saya akan datang jika mreka membutuhkan. Atau hanya sekedar menengok cucu. Tanpa mencampuri pola hidup yang akan mreka jalani. Mungkin mreka akan meng-adapt apa yang telah kami ajarkan, smoga mreka lebih baik dari kami kelak. Amien.
(kok saya jadi bingung sendiri, sebenarnya apa sih yang mau saya ceritakan?)
1 comment:
duh, aku sampai terharu bacanya, Mel..hiks..jadi geer..
makasih ya, Mel..semoga kita semua bisa menjadi ibu yang baik buat anak2, dan istri yg baik buat suami ya..
Post a Comment