Salah satu alasan saya menyukai film seri CSI (baik New York, Miami maupun Vegas) adalah cara kerja para "detektif" itu. Digambarkan mereka adalah orang-orang yang cekatan dan sangat teliti. Mereka bsa melihat sebutir telor ikan di t-shirt korban atau sepotong kayu kecil yang hanya ada di daerah tertentu. Tentu saja itu semua dibantu oleh kecanggihan sebuah benda yang bernama komputer. Tapi siapapun yang suka menyaksikan film itu, pasti setuju untuk mengagumi kecanggihan team peneliti CSI tersebut.
Saya mengagumi orang-orang yang teliti. Merasa diri sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu, jadi sedikit menyesal mengapa dari dulu tidak saya latih. Semua orang pasti ada kemampuan nya kan? Saya kagum dengan orang orang yang mempunyai daya ingat kuat, bisa mengetahui perubahan baik fisik maupun non fisik seseorang. Sayang nya saya bukan lah orang seperti itu. Contoh kecil, waktu orang-orang meributkan kumis mantan boss saya, "apakah dia berkumis atau tidak" dan saya pun tercenung .. kenapa saya tidak memperhatikan hal itu?? Padahal setiap saat saya melihat. Atau jika ada yang baru potong rambut, butuh waktu cukup lama buat saya untuk menyadarinya. Bahkan seringkali jika ada orang lain yang berkomentar, baru lah saya ikut memperhatikan.
Buku Tetralogi Andrea Hirata juga membuat saya kagum, hebatnya Andrea ini mengingat masa kecil nya dengan baik. Walaupun mungkin ada beberapa atau banyak hal yang dia tambahkan. Tapi saya tetap kagum.
Pun saya kagum dengan para penulis, yang bisa menulis tiap hal dengan rinci. Terkadang apa yang mereka tulis itu pernah saya baca atau minimal mengetahuinya, walaupun tidak terekam dengan baik di otak saya.
Ahh... sungguh saya menyesal tidak menggunakan seluruh kemampuan otak saya. Tidak memaksimalkan instink kemanusiaan saya. Tidak mengasah dengan baik sisi spiritualitas saya, supaya saya bisa menjadi manusia yang lebih baik.
Seorang teman pernah mengatakan bahwa saya adalah orang yang tidak perhatian terhadap sekeliling saya. Egois, tepatnya. Jika saya merasa suatu hal tidak ada hubungan dengan saya, maka saya tidak akan memperdulikannya. Dulu saya terlalu menjaga diri saya sendiri, tidak seorang pun boleh menyakiti saya, mengecewakan saya, maka terbentuklah tembok pembatas antara saya dan lingkungan saya. Dari hal-hal kecil hingga hal besar. Menjadikan saya manusia yang tidak perhatian, dan menganggap tidak penting hal hal kecil.
Ah.. kemana saya harus mengulang mengingat-ingat hal-hal kecil dalam kehidupan saya dan saudara-saudara, teman-teman, keluarga, lingkungan.
Saya ingin menjadi orang yang selalu memperhatikan orang lain. Apakah bisa saya memulai kembali? Mengentaskan keegoan saya? Untuk tidak selalu memikirkan diri sendiri..........
Mungkin ini salah satu dari niat baik saya, menjalani tahun 1430 H dan 2009, untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan selalu menjadi orang baik. Hhmm... ternyata menjadi orang baik memang harus rajin berlatih .. dan minum Milo tentu ..